Dari mulai pedagang kaki lima hingga restoran kelas atas, hidangan sate selalu menjadi pilihan favorit. Tapi di dalam daging yang dimasak dalam suhu tinggi telah terbentuk heterocyclic amines (HCAs) dan polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs). Kandungan zat ini sering dihubungkan dengan beberapa tipe kanker.
Dilansir dalam Eating Well (01/10/2013) studi yang melibatkan tikus percobaan menyatakan HCAs bisa merusakan DNA dan memicu pertumbuhan sel kanker usus besar, payudara, dan prostat. Pada temperatur 176 derjat celcius lebih, asam amino dan creatine bereaksi untuk membentuk HCAs. Sementara PAHs dibentuk saat lemak menetes ke bara api dan menghembuskan asap ke makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menghindari efek buruk tersebut, ia menyarankan mengonsumsi sate maksimal sekali dalam dua minggu. Jika ingin memasak sate di rumah, sebaiknya sate rendam dulu dengan rempah-rempah.
“Dari kacamata chef memang lebih ke rasa, tapi dari nutrisi rempah seperti rosemary dan sereh mengandung antioksidan yang kuat sehingga bisa menekan efek karsinogen dari bakaran yang gosong tersebut,” tambah Emilia.
Dari segi vitamin, saat daging sudah terkena panas beberapa vitamin utama seperti vitamin B complex dan vitamin C akan menurun tergantung lama memasak. Tapi, kandungan protein dan zat besi di dalamnya akan tetap ada karena kandungan tersebut tahan panas.
(dyh/odi)