Peneliti mengumpulkan data dari National Health and Nutrition Examination Surveys 2003-2006 di Amerika Serikat. Para peserta survei dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan konsumsi permen dan cokelatnya selama 12 bulan lalu.
Kategori 'jarang' mengonsumsi permen kurang dari tiga kali sebulan, sementara 'sedang', lebih dari tiga kali sebulan sampai kurang dari 3,5 kali seminggu. Mereka yang mengemut permen lebih dari 3,5 kali per minggu digolongkan 'sering'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peningkatan frekuensi konsumsi permen pada orang dewasa di AS tak berkaitan dengan pengukuran obyektif terhadap adipositas atau faktor risiko kardiovaskular terpilih," tulis peneliti.
Analisis National Cancer Institute dari data yang sama menyebutkan bahwa permen menyumbang sekitar 44 kalori per hari, atau kira-kira 2% dari total asupan kalori rata-rata orang dewasa.
Berbeda dengan minuman manis yang berkontribusi hingga 60%, permen hanya menyumbang sekitar 5 gram atau 20 kalori gula tambahan dalam konsumsi harian orang dewasa. Sebagai informasi, batas tambahan gula yang dianjurkan oleh American Heart Association adalah 100-150 kalori.
Selain itu, jika dibandingkan dengan anjuran total asupan lemak jenuh per hari yakni 27,8 gram, permen hanya menyumbang kurang dari 1 gram lemak jenuh.
"Selalu ada tempat untuk sedikit kesenangan, seperti permen, dalam hidup ini. Permen dalam kadar tak berlebihan dapat memberikan pengaruh positif terhadap suasana hati dan kepuasan... dan dampak risiko yang minim terhadap diet dan kesehatan," ujar Laura Shumow, MHS, dari National Confectioners Association, lembaga yang membiayai penelitian ini.
Bagaimanapun juga, tak bisa disimpulkan bahwa konsumsi permen tak menyebabkan obesitas maupun kadar risiko kardiovaskular yang tak diinginkan. Lagipula, analisis ini hanya berdasarkan frekuensi konsumsi, bukan jumlah permen yang dikulum.
(fit/odi)