Pemikiran pria bahwa ia harus mengonsumsi banyak protein supaya kenyang menjadi salah satu perbedaan pola makan dengan wanita. Selain itu, makanan tertentu sudah lama menjadi lambang maskulinitas dan feminim.
“Pria cenderung berpikir makan belum lengkap tanpa hidangan protein jumlah besar. Saat wanita mengonsumsi risotto sebagai makanan utama, untuk pria hidangan itu adalah makanan pembuka,” tutur Kim Terakes selaku penulis The Great Aussie Bloke's Cookbook kepada News Corp Australian Papers (23/04/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun ahli nutrisi umumnya merekomendasikan asupan kalori yang lebih tinggi pada pria. Jumlah energi yang dikonsumsi per hari harus disesuaikan dengan beberapa faktor seperti usia, tinggi badan, dan tingkat aktivitas.
Selain sudut pandang, ternyata faktor indera pengecap juga berpengaruh. “Melihat dari faktor indera pengecap, pria ternyata lebih tidak peka pada rasa pahit, karena itu pria lebih menyukai bir dan makanan gurih. Sebaliknya, wanita lebih peka terhadap rasa pahit karena itu wanita cenderung memilih makanan manis,”tutur Sharon Natoli, director of Food & Nutrition Australia.
Terlebih untuk wanita, makan bisa menjadi hal yang rumit dan perasaan bersalah bisa mempengaruhi pilihan makanan. Sementara, kebanyakan pria tidak berpikir dua kali terhadap konsekuensi menyantap hidangan, kecuali untuk orang yang obesitas dan atlet.
“Untuk pria biasa, mereka lebih cenderung tidak memikirkan pilihan makanan. Sedangkan wanita yang sudah dibombardir dengan banyak pesan bagaimana cara meraih tubuh langsing, pasti memperhatikan informasi nutrisi suatu hidangan,” tutur Tracey Veivers selaku psikolog konsultan kesehatan Performance Perspectives, Brisbane, Australia.
(dyh/odi)