Awal minggu ini mungkin gairah kerja menurun? Bisa jadi akrena stress atau mood sedang turun. Coba manjakan diri dengan makanan berlemak. Sebatang cokelat, es krim, atau pizza bisa memicu perasaan lebih santai dan nyaman. Mau coba?
Pekerjaan yang numpuk, jalanan macet, atau patah hati menjadi pemicu tubuh mengalami stress. Istirahat pun kadang kurang cukup. Sebuah studi yang baru dilakukan menyebutkan makan makanan berlemak dalam porsi cukup bisa bikin perasaan lebih tenang dan bahagia.
Dr. Luke Van Oudenhove,seorang psikiater menyatakan: "Makanan berlemak tampaknya dapat membuat kita mengurangi emosi sedih, walaupun tidak disadari. Makanan berlemak bisa menyebabkan perubahan emosional dan fisik menjadi lebih baik. Sayangnya, makanan ini tidak baik jika dikonsumsi terus menerus.β
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr. Van Oudenhove, dari University of Leuven di Belgia juga menyatakan bahwa ada beberapa penelitian sebelumnya yang menelaah hubungan antara konsumsi lemak dan menurunnya tingkat emosi, melalui aroma, rasa dan tampilan makanan.
Penelitiannya ini melibatkan 12 orang yang non-obesitas sehat dengan menggunakan functional MRI (fMRI). Peneliti juga mengamati gelombang otak pada relawan seperti saat merasa sedih dengan cara didengarkan musik netral. Juga diamati pula ekspresi wajahnya saat sedih dan saat mendengarkan musik.
"Untuk membuat relawan sedih, kita menggunakan musik dan film yang dapat membuat mereka mengernyit (sedih), dan membuat suasana hati turun 2,5 poin dari 10. Tetapi dengan memberikan makanan yang mengandung asam lemak bisa menurunkan poin sebesar 1 poin," jelas Dr. Van Oudenhove.
Di dalam otak peneliti menemukan kesedihan yang diinduksi dapat menyebabkan perubahan sekitar 3 sampai 4%. "Cukup banyak, namun tingkat perubahan menyusut menjadi kurang dari 1% setelah subjek mendapat dosis asam lemak, setidaknya di sebagian besar wilayah otak yang dianalisis," tutur Dr. Van Oudenhove.
Tidak jelas apakah bahan-bahan lainnya dalam makanan akan memiliki efek yang sama. Dr. Van Oudenhove mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah temuan ini mungkin memiliki peran dalam pengobatan obesitas, depresi atau gangguan makan.
(Odi/Odi)