Kisah penjual makanan kaki lima banyak yang mencuri perhatian. Terbaru, dibagikan oleh Esther Ng. Wanita lulusan S2 itu mantap meninggalkan kerja kantoran demi jualan kwetiau!
Jalan hidup seseorang memang tidak ada yang tahu. Pada awalnya, Esther Ng, wanita 34 tahun asal Singapura, menamatkan studi Master (S2) di bidang manajemen bisnis internasional.
Dikutip dari Mothership SG (8/12), ia kemudian sempat bekerja kantoran. Namun, menjadi pegawai kantoran bukan 'passion' Esther selamanya. Buktinya, pada 4 tahun lalu, ia memutuskan banting setir jalani profesi berbeda.
Esther pilih berjualan kway chap, olahan sejenis kwetiau yang populer di Singapura. Bahan utamanya berupa mi pipih dari tepung beras. Hanya saja ukuran untuk kway chap lebih lebar dan teksturnya lebih kenyal.
Kway chap sering disajikan bersama kuah gurih, umumnya berbahan kaldu babi. Kemudian diberi isian, seperti daging braised (babi atau bebek), usus, tahu, dan kulit babi.
Bukan tanpa alasan Esther pilih jualan kwetiau di pusat jajanan kaki lima (hawker centre). Ia menyebut dirinya sebagai 'hawker kid' karena dulu, ayahnya juga jualan di hawker centre.
Esther merasa sayang jika warisan bagian dirinya itu hilang. Ia tetap mantap memilih, meski orang tuanya awalnya tidak mendukung sama sekali perubahan karier putri mereka karena menjadi penjual makanan di hawker centre tergolong berat.
Ayah Esther mengatakan khawatir dengan jam kerja panjang dan pekerjaan berat yang harus dijalani putrinya. Belum lagi kritik yang mungkin ia hadapi dari pelanggan.
Ketika menjalaninya, Esther tak menutupi fakta jika menjadi penjual kwetiau bukan perkara mudah. Ia merasakan perbedaan mencolok antara menjadi penjual makanan kaki lima dan pegawai kantoran, terutama dalam hal hari libur.
Pegawai kantoran masih punya hari libur, tapi penjual makanan tidak. Esther berujar, dia bekerja 365 hari setahun.
Tantangan besar yang dirasakannya juga soal harga sewa. Kios yang diincar Esther awalnya menghabiskan biaya sewa sekitar S$9.000 hingga S$10.000 atau sekitar Rp115 juta hingga 128juta per bulan.
Untungnya, ia berhasil mendapatkan lokasi di Woodleigh Village Hawker Centre, sebuah pusat jajanan wirausaha sosial (SEHC). Esther hanya membayar biaya sewa S$4.000 atau sekitar Rp51 juta per bulan.
Mengenai apakah ia akan mendorong anak muda untuk menjadi penjual makanan di hawker center seperti dirinya, Esther punya pendapat.
"Saya selalu bilang jangan menempuh jalur ini. Tapi kalau kamu bisa berdiri 13 sampai 14 jam sehari, mengorbankan waktu bersama teman-teman, dan mungkin berpenghasilan lebih rendah dari gaji sebelumnya, kalau kamu masih mau mencoba, silakan saja," tutupnya.
(adr/adr)