Makanan super mahal sering dikaitkan dengan gaya hidup kelas atas yang dinilai tidak sebanding dengan kualitas maupun pengalaman kuliner yang ditawarkan. Contohnya pada makanan populer ini.
Di berbagai negara, sejumlah hidangan mewah justru dianggap sebagai bentuk pemborosan karena harganya terlampau mahal dan tidak sejalan dengan rasa, nilai gizi, atau manfaat yang dijanjikan.
Beberapa di antaranya bahkan menggunakan bahan yang kontroversial, sulit diperoleh, atau memiliki dampak lingkungan yang signifikan. Pada beberapa makanan, nilai hidangan tersebut lebih ditentukan oleh simbol status dan citra eksklusif yang melekat, bukan oleh kualitas bahan atau teknik memasaknya.
Dilansir dari Cheapism (02/12/2025), berikut 5 makanan yang digemari orang kaya namun sering dianggap biasa saja rasanya dan bahkan pemborosan.
1. Edible Gold Leaf
Edible gold leaf kerap dianggap sebagai simbol kemewahan di industri makanan, tetapi sesungguhnya kehadiran emas dalam makanan tidak menawarkan apa pun selain tampilan yang mencolok. Bahan ini tidak memiliki rasa, aroma, maupun nilai gizi. Meski begitu, edible leaf tetap banyak digunakan untuk menaikkan harga hidangan, terutama di restoran fine dining.
Dalam sejarahnya, edible gold pernah digunakan oleh kalangan bangsawan sebagai penanda status sosial. Kini penggunaannya lebih bersifat dekoratif dan gimmick belaka, meskipun harganya masih bisa mencapai sekitar 20 USD per helai (Rp 332 ribu).
Banyak kritikus makanan menilai pemakaian emas pada makanan sebagai pemborosan karena tidak memberi pengalaman kuliner yang sepadan. Pada akhirnya, hidangan dengan daun emas lebih menonjolkan nilai prestise daripada kualitas rasa.
2. Pizza Super Mahal
Fenomena pizza dengan harga ribuan hingga puluhan ribu dolar Amerika menunjukkan bagaimana makanan sehari-hari dapat berubah menjadi bentuk kemewahan yang berlebihan. Beberapa restoran menawarkan pizza dengan bahan seperti tinta cumi, kaviar, foie gras, hingga daun emas sehingga harganya jadi tak masuk akal.
Salah satu yang pernah tercatat sebagai pizza termahal di dunia adalah "Golden Pizza" seharga 70.000 USD (Rp 1,2 miliar). Pizza tersebut memakai lebih dari satu 30 gram emas, saus béchamel Parmesan berusia 10 tahun, daging wagyu yang direndam dalam jus anggur senilai 10.000 USD (Rp 167 juta), foie gras yang dimasak dengan jus apel 6.000 USD (Rp 99,8 juta), truffle putih senilai 4.000 USD (Rp 66,5 juta), serta kaviar bernilai 16.000 USD (Rp 266 juta).
Hidangan seperti ini sering kali menuai kritik karena menempatkan kemewahan hanya untuk seporsi makanan. Harganya yang tak masuk akal juga dapat memperlihatkan bagaimana makanan bisa menjadi ajang pamer, bukan lagi pengalaman rasa.
3. Sirip Hiu
Sirip ikan hiu memiliki reputasi sebagai hidangan mahal, tetapi tidak menawarkan rasa yang sepadan. Sirip ini sebenarnya tawar, sedangkan cita rasa sup biasanya berasal dari bahan lain seperti abalon dan scallop. Teksturnya pun dianggap kurang menyenangkan, cenderung licin dan tidak memberikan karakter yang kuat.
Selain itu, konsumsi sirip hiu membawa risiko kesehatan karena hiu sebagai predator puncak mengandung kadar merkuri tinggi. Permintaan terhadap sirip hiu juga berkontribusi pada penurunan populasi hiu secara global, bahkan mengancam spesies tertentu meski makanan ini syarat akan budaya kuliner populer di China.
Di Amerika Serikat, penjualan sirip hiu telah dilarang. Pada 2025, harga sirip hiu berkisar lebih dari 120 USD per kilogram (Rp 2 juta), sedangkan semangkuk sup sirip ikan hiu di restoran dapat mencapai 160 USD (Rp 2,7 juta). Banyak pihak menilai hidangan ini tidak layak dikonsumsi, baik dari sisi rasa maupun dampaknya.
Simak Video "Tekwan Nyaman Berpadu Es Sinar Garut"
(sob/adr)