Sebuah restoran di Jepang melarang turis makan di tempat mereka saat jam makan siang. Mereka lebih memprioritaskan orang-orang yang bekerja atau belajar di daerah tersebut.
Saat ini Jepang menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di dunia. Masyarakat di negara tersebut pun tampaknya sudah mulai terbiasa dengan kehadiran para turis mancanegara. Begitu juga dengan restoran-restoran di Jepang yang sangat menyambut wisatawan.
Namun ada restoran yang lebih memprioritaskan masyarakat lokal sekalipun populer di kalangan wisatawan. Contohnya restoran soba ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fuji Soba di Kamiyacho, Kota Minato, Tokyo menjadi salah satu yang menolak kedatangan turis. Di depan restonya terdapat sebuah tanda yang ditulis dalam bahasa Inggris, Korea, Mandarin, hingga Kanton, lapor unseen-japan.com (25/11).
Tanda tersebut memberitahu wisatawan untuk tidak makan di tempat mereka saat jam makan siang. Mereka mengaku akan lebih memprioritaskan orang yang bekerja atau belajar di daerah tersebut.
Ini tanda pemberitahuan kalau restoran melarang turis datang di jam makan siang. Foto: ponta2012 / PIXTA(ピクスタ) |
"Wisatawan sebaiknya menghindari waktu makan siang. Kami memprioritaskan mereka yang bekerja atau belajar di area tersebut," bunyi tulisan tersebut.
Restoran soba ini termasuk salah satu yang legendaris karena sudah buka sejak tahun 1985. Dinamai 'Kamiyocho' karena restoran tersebut berdiri di lokasi dekat dengan stasiun Kamiyacho yang beroperasi 23 jam sehari.
Sebagian besar pelanggan yang datang ke restoran tersebut adalah para pekerja karena kebetulan di sekeliling restoran banyak gedung dari perusahaan besar.
Namun ada juga beberapa hotel di sekitarnya, termasuk hotel Okura bintang 5. Letak hotel yang dekat membuat restoran tersebut akhirnya menjadi salah satu pilihan tempat makan para turis. Terlebih mereka yang ingin menikmati hidangan jepang autentik.
Sayangnya kehadiran para wisatawan ini dianggap telah 'mengusir' pelanggan tetap mereka. Maka dari itu, mereka memasang papan tanda yang memperingatkan wisatawan untuk tidak datang di jam makan siang.
Kebijakan yang dilakukan oleh restoran soba legendaris ini rupanya memicu kontroversi. Sebagian besar menyatakan dukungan terhadap kebijakan ini dengan menekankan kalau memang banyak pekerja hanya punya waktu 10 sampai 15 menit untuk makan dan harus segera keluar.
Kehadiran turis dianggap mengusir pelanggan setia atau pelanggan lokal di restoran tersebut. Foto: ponta2012 / PIXTA(ピクスタ) |
Sebagian lainnya komplain karena banyak turis yang tidak mengerti dengan budaya 'makan dan pergi' di restoran ramen atau soba Jepang. Para netizen merasa kebanyakan turis datang untuk makan dan berlama-lama di restoran.
Masyarakat Jepang yang terbiasa dengan budaya serba cepat juga turut memberi berkomentar. Ia menganggap turis telah memblokir lorong restoran dengan koper mereka atau terlalu lama menggunakan mesin pemesanan.
Di sisi lain ada juga netizen yang menganggap kebijakannya salah. Beberapa menyarankan agar restoran mengambil pendekatan yang berbeda. Misalnya dengan memasang tanda yang menjelaskan adat istiadat setempat serta mencantumkan batas waktu makan yang jelas kepada pelanggan.
(aqr/adr)



KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN