×
Ad

5 Fakta Jamu Tradisional, Minuman 'Open Table' Favorit Gen Z

Diah Afrilian - detikFood
Rabu, 26 Nov 2025 05:00 WIB
Foto: iStock
Jakarta -

Jamu, minuman herbal khas Indonesia, kembali digemari generasi muda. Begini sejarah, jenis, dan fakta menarik di balik tren jamu masa kini.

Di tengah maraknya produk kesehatan modern, jamu tetap menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang paling bertahan. Minuman herbal tradisional ini diracik dari bahan alami dan mengandung filosofi kearifan lokal.

Sejak masa kerajaan, jamu telah menjadi bagian penting dari keseharian masyarakat. Jamu digunakan untuk perawatan tubuh, menjaga stamina, hingga membantu pemulihan penyakit ringan.

Kini, di era modern yang dipenuhi produk kesehatan berbasis teknologi, jamu justru mengalami kebangkitan baru. Banyak generasi muda, terutama generasi Z, yang mulai menyoroti kembali konsumsi jamu melalui media sosial.

Baca juga: S3 Marketing! Penjual Sate Babi Cosplay Unik saat Jualan

Berikut ini 5 fakta jamu asli Indonesia yang dilansir dari berbagai sumber:

Racikan jamu sudah sejak lama diandalkan masyarakat Indonesia, bahkan sejak masa kerajaan. Foto: Freepik

1. Sejarah Jamu

Jamu berakar dari tradisi pengobatan Nusantara, jejaknya dapat dilacak melalui temuan arkeologis. Berupa alat penghalus bahan herbal dan relief kuno yang menggambarkan praktik pengobatan di Jawa kuno dengan racikan minuman herbal.

Tradisi meracik ramuan dari akar, kulit kayu, daun, dan rempah berkembang selama berabad-abad. Ada catatan resep dan nama profesi yang meracik ramuan di sumber-sumber Jawa klasik sebagai bukti praktik kesehatan dan budaya masyarakat Jawa dan sekitarnya.

Dari era kerajaan sampai masa kolonial, resep turun-temurun terus dipertahankan oleh penjual jamu tradisional dan dukun atau herbalis lokal. Pada abad modern, jamu mulai dipelajari secara ilmiah dan dikatalogkan oleh lembaga penelitian yang mencoba mengklasifikasikan serta mengembangkannya.

2. Perkembangan Jamu

Jamu awalnya hanya diminati kekuarga kerajaan dan masyarakat yang hidup di sekitarnya saja. Seiring berjalannya waktu pengaruh penjual jamu atau herbalis lokal memiliki andil besar dalam mempopulerkan jamu ke seluruh wilayah di Indonesia.

Setelah berhasil menyebar, popularitas jamu lantas bertahan dari generasi ke generasi. Alasannya bedasar ketersediaan bahan baku lokal, harga yang relatif terjangkau, serta kepercayaan budaya yang kuat terhadap khasiat tanaman obat.

Selama periode pandemi COVID-19, banyak orang kembali intens mengonsumsi jamu sebagai upaya meningkatkan imun. Beberapa penelitian dari lembaga kesehatan melaporkan peningkatan penggunaan herbal selama pandemi.




(dfl/adr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork