Makan Demi Konten? Ini 6 Kesalahan Pola Makan Gen Z

Makan Demi Konten? Ini 6 Kesalahan Pola Makan Gen Z

Sonia Basoni - detikFood
Selasa, 11 Nov 2025 17:00 WIB
.
Foto: Ilustrasi iStock
Jakarta -

Media sosial kini tak hanya memengaruhi cara berpakaian atau bergaul, tetapi juga bagaimana generasi muda memandang makanan. Begini penjelasannya.

Tren gaya hidup sehat yang semula positif perlahan bergeser menjadi ajang pencitraan dan eksperimen berlebihan. Menurut ahli gizi Kylie Sakaida, generasi Milenial (1981 hingga 1996) dan Gen Z (1997 hingga 2012) tumbuh di tengah budaya clean eating dan konten #WhatIEatInADay, yang membuat banyak orang keliru menilai arti sehat sebenarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedua generasi ini peduli pada kesehatan dan kenyamanan, tetapi budaya modern membuat segalanya tampak membingungkan," ujarnya.

Data menunjukkan, lebih dari 60% Milenial dan 75 % Gen Z kerap mencari saran gizi dari media sosial, membuka ruang bagi informasi yang menyesatkan.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari NYPost (11/11/2025), Sakaida pun mengungkap enam kesalahan umum yang sering dilakukan generasi muda terkait pola makan mereka.


1. Mengutamakan Tampilan daripada Asupan Gizi

Ternyata Dandan Saat Makan, Buat Orang Pilih Makanan SehatMakan. Foto: Getty Images/iStockphoto/Kamonchai Mattakulphon

Bagi banyak generasi muda, makanan sehat kini sering diukur dari tampilannya bukan manfaatnya. Ahli gizi Kylie Sakaida menjelaskan bahwa generasi Milenial dan Gen Z tumbuh di tengah tren 'clean eating' dan konten #WhatIEatInADay di media sosial.

Hal itu membuat banyak orang beranggapan bahwa makanan sehat harus rendah karbohidrat, disajikan cantik, dan cocok difoto untuk media sosial.

Padahal kata Sakaida, yang lebih penting adalah bagaimana makanan membuat tubuh terasa, bukan bagaimana tampilannya di kamera. Ia menegaskan, asupan bergizi sejatinya memberi energi, memperbaiki suasana hati, dan menjaga kekuatan tubuh.

"Makanan paling bergizi sering kali justru terlihat sederhana, tidak selalu menarik secara visual," ujarnya.


2. Terlalu Percaya pada Tren Makanan Viral

Media sosial kini menjadi rujukan utama banyak anak muda dalam menentukan apa yang mereka makan. Menurut riset, hampir 75% kaum Gen Z mencari inspirasi makanan dari platform seperti TikTok dan Instagram.

Kylie Sakaida menilai fenomena ini membuat banyak orang mempercayai tren viral dibandingkan prinsip dasar gizi. Tren seperti 'girl dinner' atau 'cottage cheese everything' bisa membuat orang bingung menentukan pola makan sehat.

"Kita sering kali mempercayai hal viral ketimbang hal mendasar." Sakaida menyarankan agar setiap orang fokus pada hal yang terbukti bermanfaat misalnya pola makan kaya protein, serat, sayuran, pola makan disiplin dan menjaga tubuh tetap terhidrasi.

Menurutnya, lima hal ini jauh lebih berpengaruh terhadap kesehatan dibanding satu tren viral yang sifatnya sementara.


3. Pola Makan yang Terlalu Ekstrem

Konsumsi Jus Detoks Ada Efek Sampingnya, Ini Kata Dokter AhliEfek detoks. Foto: Getty Images/Gulcin Ragiboglu

Budaya kesehatan modern sering kali mempromosikan pola makan sehat yang ekstrem melalui detoks, pembersihan tubuh, dan berbagai tantangan yang berkaitan dengan pola makan.

Kylie Sakaida menilai pola seperti ini hanya menimbulkan kelelahan dan membuat orang cepat bosan. Ia menjelaskan bahwa kesehatan tidak perlu dicapai lewat langkah drastis.

"Kesehatan bukan perlombaan cepat atau lambat, tetapi komitmen jangka panjang," ujarnya. Menurutnya rutinitas sederhana yang dilakukan secara konsisten jauh lebih bermanfaat dibanding program ketat selama sebulan.

"Kebiasaan kecil setiap hari akan membawa perubahan nyata, lebih dari usaha ekstrem jangka pendek. pungkas Kylie.


4. Sering Melewatkan Waktu Makan

Banyak orang menganggap tidak makan adalah bentuk disiplin, terutama dengan maraknya tren puasa intermiten dan budaya kerja yang sibuk. Kylie Sakaida menyebut fenomena ini berisiko untuk kesehatan karena otak yang kekurangan energi akan sulit fokus dan mengatur emosi.

Ia menegaskan, makan bukan tanda seseorang lemah, melainkan cara seseorang memberi bahan bakar dan energi bagi tubuh.


"Makan secara teratur dapat mendukung hormon, metabolisme, dan kestabilan emosional," ujarnya. Menurutnya makanan membantu seseorang tampil sebagai versi terbaik dirinya, baik di tempat kerja maupun kehidupan pribadi. Ia menyarankan agar setiap orang menyeimbangkan waktu dan jadwal makan demi menjaga daya tahan tubuh dan fungsi otak.


5. Merasa Bersalah Karena Pilihan Makanan

Burger makanan cepat saji atau fast foodBurger makanan cepat saji atau fast food Foto: Tamas Pap/Unsplash

Di tengah kesibukan dan tekanan hidup modern, banyak anak muda merasa bersalah ketika memilih makanan cepat saji atau makanan instan. Kylie Sakaida menilai anggapan itu keliru.

"Kenyamanan bisa mendukung kesehatan jika pilihan makanan yang diambil tetap seimbang dan bergizi," jelasnya. Menurutnya, makanan siap saji, bahan yang sudah dipotong, hingga layanan katering sehat bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat jika dikonsumsi dengan bijak.

"Bersikap realistis membantu tubuh mencegah kelelahan dan menjaga konsistensi." Sakaida mengingatkan bahwa menjadi sehat tidak berarti harus selalu memasak dari nol, melainkan memahami kebutuhan gizi masing-masing dan menyesuaikannya dengan gaya hidup sehari-hari.


6. Makanan sebagai Ajang Pencitraan Sosial

Bagi banyak anak muda, makanan kini tak sekadar kebutuhan tetapi juga bentuk ekspresi diri apalagi di tengah tren sosial media.

"Mencoba restoran viral, mengunggah belanjaan makanan, atau memamerkan menu sehat kini menjadi bagian dari koneksi sosial di media sosial," ujar Kylie Sakaida.

Namun, ia menilai kebiasaan ini bisa membuat makanan berubah menjadi ajang pencitraan, bukan lagi untuk kebutuhn gizi. Ia menekankan bahwa seseorang tidak perlu menunjukkan gaya hidup sehat di media sosial, untuk benar-benar sehat.

"Kesehatan sejati terlihat dari bagaimana kita merasa, bukan dari bagaimana kita tampil di media sosial," katanya. Menurut Sakaida, makan sehat tidak harus ekstrem atau sempurna. Yang terpenting adalah menikmati prosesnya dan menjaga konsistensi demi keberlanjutan jangka panjang.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Generasi Z dan Y Update Banget soal Tren Kuliner"
[Gambas:Video 20detik]
(sob/adr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads