Seorang penghuni apartemen membuat tetangganya resah karena selalu menyajikan sesajen berisi makanan dan dupa di lorong. Keberadaan sesajen ini sampai menghalangi jalan.
Sesajen makanan masih dianggap tabu bagi sebagian masyarakat modern. Praktik ini sering dipandang misterius, bahkan memicu rasa takut atau salah paham.
Tak jarang, sesajen makanan membuat orang sekitar merasa terganggu dan menimbulkan kontroversi. Apalagi jika sesajen itu berada di fasilitas umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang terjadi di sebuah apartemen di Singapura, tepatnya di Blok 270A Toa Payoh Timur. Seorang penghuni apartemen kedapatan rutin memasang sesajen di lorong apartemen.
![]() |
Aksi ini membuat sejumlah tetangganya merasa terganggu karena bau dupa, ruang koridor yang menyempit, hingga akses pintu yang terhalang, lapor Must Share News (29/9).
Wanita tersebut mengaku sebagai seorang master spiritual. Ia kerap menaruh persembahan berupa makanan, dupa, dan tablet atau papan khusus sebagai simbol arwah bayi yang sudah tiada.
Adapun beberapa jenis makanan yang digunakan sebagai sesajen adalah roti hingga buah-buahan, seperti apel, nanas jeruk, kelengkeng, dan pisang.
Sesajen itu diletakkan di meja di sepanjang lorong dan ada pula yang ditaruh tanpa alas di lantai lorong apartemen. Ritual itu dilakukan dengan membaca sutra atau teks suci dalam agama Buddha.
Isinya berupa ajaran, doa, atau nasihat Buddha yang ditulis dalam bentuk bacaan. Selain itu, juga sambil menyalakan dupa hingga aroma menyebar ke sekitar.
![]() |
Dalam penjelasannya, ritual ini bertujuan untuk memandu roh pengembara, memberi persembahan pada roh bayi, serta mengurangi beban orang yang punya hutang karma degan seseorang.
Tak hanya sekali, ritual ini disebut sudah berlangsung setidaknya tiga kali dalam tiga bulan terakhir. Tanggal 10 Juli, 7 Agustus, dan 23 September menjadi momen teramai.
Pada ritual terakhir di September, jumlah peserta yang hadir bahkan lebih banyak, membuat koridor semakin padat dan akses pintu unit kian terbatas.
Meski menuai protes, si wanita menegaskan niatnya adalah membantu orang lain. Pada 23 September lalu disebut dilakukan untuk mendoakan seorang umat di Hong Kong yang sedang menjalani operasi otak.
Ia juga menyebut siap memindahkan ritual bila tetangga keberatan, meski beberapa warga sudah jelas menyatakan rasa tidak nyaman.
Warga yang tinggal berdekatan dia pun mengeluhkan bau dupa yang kuat, risiko kebakaran dari wadah logam berisi api, hingga kondisi koridor yang penuh barang persembahan.
Si wanita menjelaskan makanan bekas yang disajikan sebagai sesajen biasanya akan diberikan ke tetangga, tetapi banyak tetangganya menolak.
(raf/adr)