Nama kentang jembut, umbi berambut halus yang dulu nyaris terlupakan, kini resmi masuk KBBI. Namanya nyeleneh, tetapi kentang jembut bermanfaat mencegah anemia.
Belakangan ini viral tentang nama kentang jembut yang resmi masuk KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam KBBI, kentang jembut dideskripsikan sebagai umbi seperti kentang.
Namun berbeda dengan kentang pada umumnya, kentang jembut memiliki ukuran yang lebih kecil dan berserabut. Kentang jembut juga dikenal dengan nama ilmiah Coleus tuberosus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, kentang ini sudah lama menjadi pangan tradisional di desa. Kini kembali viral karena namanya yang nyeleneh.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini fakta menarik tentang kentang jembut:
1. Asal-usul kentang jembut
![]() |
Kentang jembut atau Coleus rotundifolius merupakan tanaman umbi dari famili Lamiaceae (keluarga daun mint), lapor plantuse.plantnet.org (16/7/21).
Tanaman ini diyakini berasal dari Afrika Barat dan kemudian menyebar ke Asia, termasuk India, Myanmar, Tiongkok Selatan, dan Indonesia. Di Indonesia, umbi ini dikenal dengan berbagai sebutan.
Masyarakat Jawa biasa menyebutnya sebagai kentang hitam atau kentang Jawa. Berbeda dengan di Sumatera yang masyarakatnya lebih akrab dengan sebutan kentang Belanda, dan di Bali sebagai kentang ireng.
Tanaman ini sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun lalu sebagai bahan pangan alternatif sebelum beras dan kentang (Solanum tuberosum) populer.
2. Ciri dan karakteristik
Dinamakan kentang jembut, karena ada serabut halus pada kulit kentangnya. Ukurannya jauh lebih kecil daripada kentang pada umumnya. Lebih seperti perdu kecil dengan batang agak berkayu.
Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dengan tepi bergerigi halus. Umbinya berukuran kecil sekitar 2-5 cm.
Umbinya berbentuk bulat atau lonjong, kulit cokelat kehitaman, dengan daging berwarna putih kekuningan. Rasanya sedikit manis dan pulen setelah dimasak.
3. Nutrisi dan manfaat
![]() |
Dalam 100 gram kentang jembut terdapat 20-25 gram karbohidrat, 2,5 gram protein, 0,5 gram lemak, 20 mg vitamin C, 3 gram serat pangan, dan mineral penting seperti kalium, zat besi, dan magnesium.
Kandungan ini membuat kentang kembut cukup potensial sebagai sumber energi sehat, kaya serat, dan mineral penting, sekaligus punya indeks glikemik lebih rendah dibanding kentang biasa.
Dengan nutrisi tersebut, kentang mungil ini bermanfaat sebagai sumber energi, menyehatkan pencernaan, mencegah anemia ringan, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, menurut jurnal berjudul 'Potensi umbi kentang hitam (Coleus tuberosus) sebagai pangan fungsional: review - Komalasari, H. dkk (2022)', kentang ini juga mengandung bioaktif seperti fenol, flavonoid, dan asam triterpenoid.
4. Kembali dilirik masyarakat
![]() |
Kini, kentang jembut mulai kembali dilirik. Komunitas pertanian lokal hingga pemerhati pangan tradisional menggaungkan pentingnya melestarikan umbi minor ini.
Tidak hanya untuk menjaga warisan kuliner, tetapi juga demi diversifikasi pangan Indonesia.
Mereka menilai, di tengah ancaman krisis iklim, tanaman-tanaman lokal yang tangguh dan mudah dibudidayakan seperti kentang jembut bisa jadi kunci ketahanan pangan Indonesia.
Menurut jurnal berjudul 'Analisis Keragaman Genetik Kentang Hitam' oleh Yulita, keragaman genetik kentang hitam di Jawa, Bali, dan Madura menunjukkan adanya potensi dan kebutuhan pelestarian varietas lokal.