Ini Makna Nasionalisme di Balik Lomba Makan Kerupuk yang Meriah

Ini Makna Nasionalisme di Balik Lomba Makan Kerupuk yang Meriah

Diah Afrilian - detikFood
Senin, 18 Agu 2025 13:00 WIB
Masyarakat kota Bekasi ikut berbahagia dalam merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-70 tahun. VidaFest 2015 digelar dengan mengusung tajuk Bahagia di Bekasi yang diisi beberapa kegiatan diantaranya ada beragam perlombaan tradisional dan kelas memasak untuk ibu-ibu masyarakat sekitar yang memanfaatkan hasil tanaman healthy dari kebun sendiri. (Foto: Rachman Haryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Merayakan 17 Agutus, ada lomba makan kerupuk yang seolah tak pernah absen. Ternyata perlombaan tersebut punya makna perjuangan yang dalam.

Setiap tahunnya masyarakat Indonesia merayakan hari kemerdekaan pada 17 Agustus. Tidak hanya upacara bendera, tetapi semarak semangat nasionalisme juga dirayakan melalui perlombaan.

Salah satu perlombaan yang hampir tak pernah absen adalah lomba makan kerupuk. Sekilas lomba ini diadakan hanya sekadar ajang mencari keseruan semata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nyatanya lomba makan kerupuk menyimpan nilai-nilai perjuangan para pendahulu pada masa penjajahan. Di balik kerupuk yang terikat dan digantung, ada semangat nasionalisme yang disampaikan dengan cara yang menyenangkan.

ADVERTISEMENT

Berikut ini fakta lomba makan kerupuk yang dilansir dari berbagai sumber:

lomba makan kerupukTradisi makan kerupuk ternyata sudah tercatat sejak masa kerajaan-kerajaan kuno. Foto: Instagram

Asal Usul Kerupuk

Dilansir dari laman Radio Republik Indonesia, (3/12/2024), kerupuk diperkirakan berasal dari dataran Asia. Dalam perjalanan sejarah Nusantara, kerupuk diperkirakan sudah dikonsumsi sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara kuno di abad ke-9 sampai ke-10.

Bukti kemunculan kerupuk tercatat pada peninggalan Kesultanan Mataram. Kerupuk di Nusantara ada banyak versi dan penyebutannya, tergantung daerah atau wilayah asalnya.

Di Jawa ada kerupuk bernama karak yang awalnya dibuat dari olahan sisa nasi kering. Sementara di beberapa daerah ada juga yang menggunakan udang dan ikan sebagai bahan utama pembuatan kerupuk.

Jejak Krisis Ekonomi

Pada masa penjajahan, sekitar tahun 1930-1940an masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi juga kelelahan akibat perang. Krisis tersebut membuat masyarakat memutar otak untuk tetap mendapatkan makanan murah, mengenyangkan, dan sederhana untuk dibuat.

Saat itu kerupuk menjadi lauk utama yang diandalkan masyarakat dalam kesulitan. Kerupuk biasa disajikan sebagai pelengkap untuk nasi gaplek, tiwul, nasi jagung, dan atau bulgur.

Keistimewaan dari kerupuk saat itu adalah teksturnya yang renyah melengkapi seporsi piring makan. Sayangnya kerupuk minim, bahkan hampir tidak memiliki nutrisi sebagai asupan sehari-hari.

Awal Mula Lomba Makan Kerupuk

Mengutip laman Kemdikbud Ristek, RRI (17/8/2024), lomba makan kerupuk disebut bukan sekadar hiburan semata. Lomba tersebut diperkirakan sudah hadir sejak 1950an dan menjadi bagian dari perayaan hari kemerdekaan.

Sama seperti zaman sekarang, masyarakat akan berkumpul pada wilayah yang sudah ditunjuk. Kerupuk-kerupuk akan digantung pada seutas tali dan harus dihabiskan dengan dimakan tanpa bantuan tangan.

Gegap gempita dan antusias masyarakat begitu tinggi, sebab tekanan pasca perang yang akhirnya terasa sedikit lebih lega. Namun saat itu disebutkan juga suasana masyarakat masih harus berjaga-jaga khawatir ada serangan mendadak.

Sejumlah warga mengikuti lomba makan kerupuk di Kelurahan Ardirejo, Panji, Situbondo, Jawa Timur, Minggu (21/8/2022). Berbagai jenis lomba digelar Kelurahan Ardirejo yang diikuti seluruh warga untuk memeriahkan peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI, termasuk makan kerupuk ukuran jumbo. ANTARA FOTO/Seno/aww.Lomba makan kerupuk juga memiliki makna filosofis mendalam. Foto: ANTARA FOTO/SENO

Makna Lomba Makan Kerupuk

Lomba makan kerupuk yang masih dilakukan sampai sekarang tidak semata-mata sebagai hiburan saja. Tetapi ada pesan dan tujuan dari penyelenggaraan lomba malan kerupuk setiap peringatan hari kemerdekaan pada 17 Agustus.

Lomba makan kerupuk bertujuan menyampaikan pesan akan kesulitan hidup pada masa perjuangan yang dilakukan orang tua terdahulu. Kondisi yang memprihatinkan bahkan untuk mendapat lauk makan saja susah menjadi pelajaran untuk masyarakat penerus bangsa.

Sumber lain menyebutkan lomba makan kerupuk tak hanya menguji kecepatan pesertanya. Tetapi sekaligus merefleksi ketahanan dan ketangkasan untuk tetap bertahan hidup pada masa penjajahan.

Halaman 3 dari 2
(dfl/adr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads