Kerupuk telah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia. Makanan pelengkap yang renyah ini ternyata sudah ada sejak abad ke-9. Begini sejarahnya!
Kerupuk merupakan makanan ringan yang bertekstur renyah. Biasanya dikonsumsi sebagai camilan atau sebagai pelengkap untuk makan nasi dan lauk-pauk. Kerupuk juga populer menjadi bahan lomba 17 Agustus di mana peserta berlomba cepat makan kerupuk yang digantung.
Indonesia memiliki banyak jenis kerupuk dengan variasi bahan yang digunakan dan proses pembuatan yang berbeda-beda. Hal tersebutlah yang menjadi ciri khasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah ada sejak abad ke-9
![]() |
Menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman yang dikutip dari Good News From Indonesia (20/2/20) kerupuk sudah ada di pulau Jawa sejak abad ke-9 atau ke-10.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya prasasti Batu Pura. Pada prasasti tersebut tertulis kerupuk rambak atau kerupuk yang terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau.
Pembuatan kerupuk kulit terbilang sulit. Kulit sapi atau kerbau yang digunakan harus dipisahkan dulu dari selaput dan bulu-bulu. Kemudian, direbus sampai empuk, diiris sesuai ukuran, dan dijemur hingga kering.
Perkembangan kerupuk di Nusantara
Tak hanya di pulau Jawa, kerupuk kemudian menyebar ke berbagai daerah Nusantara bahkan sampai ke Semananjung Melayu sekitar abad ke-19.
Hal tersebut dibuktikan lewat naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi disebut kata keropok atau kerupuk. Saat itu, kerupuk menjadi makanan favorit sejuta umat.
Tak hanya orang Melayu, tetapi juga para tentara Belanda di masa penjajahan. Sejak itulah kerupuk menjadi makanan pelengkap di setiap masakan Nusantara.
Fakta kerupuk di Indonesia ada di halaman berikutnya.
Pengusaha kerupuk pertama
![]() |
Pada abad ke-19 juga muncul pengusaha kerupuk pertama, tepatnya pada tahun 1930. Pengusaha kerupuk tersebut bernama Sahidin dan Sukarma yang berasal dari Tasikmalaya.
Saat itu, mereka berjualan kerupuk di Jalan Kopo depan Rumah Sakit Emanuel Bandung. Mereka dikenal tersohor bahkan namanya diabadikan menjadi nama jalan.
Dikutip dari Historia (31/8/17) mereka memiliki banyak buruh pabrik. Tak sedikit dari mereka yang kemudian berdiri sendiri membuka usaha kerupuk sendiri.
Filosofi kerupuk dalam lomba 17 Agustus
Kerupuk erat kaitannya dengan tradisi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam momen tersebut selalu ada lomba makan kerupuk yang ternyata punya filosofi tersendiri.
Kerupuk dipilih karena kerupuk identik dengan makanan rakyat, terutama saat masa-masa penjajahan. Biasanya kerupuk sering dimakan oleh masyarakat dengan strata sosial bawah.
Ketika itu, mereka bisa bertahan meski hanya makan nasi dan kerupuk saja. Inilah yang mendasari perlombaan makan kerupuk di setiap momen 17 Agustus.
Lomba makan kerupuk bertujuan mengingatkan masyarakat Indonesia pada masa peperangan, di mana kondisi rakyat saat itu sangat memprihatinkan.
Simak Video "Kerupuk Atom 'Si Bolang' Kini Melek Digital"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/adr)