Seorang netizen berusaha memecahkan perdebatan bubur diaduk dan tidak diaduk. Menggunakan rumus fisika, ia menjelaskan perbedaan kedua cara makan tersebut.
Cara makan bubur menjadi perdebatan abadi yang tak kunjung ditemukan jalan tengahnya. Bubur diaduk dan bubur yang dinikmati dengan cara tanpa diaduk menuai kontroversi tergantung selera penikmatnya.
Namun seorang netizen punya cara yang unik untuk menjawabnya. Alif Towew, lulusan S1 dan S2 Matematika dari ITB dengan gelar cumlaude ini berusaha menjelaskan perbedaan bubur diaduk dan tidak diaduk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Instagram @aliftowew, Senin (14/7), ia yang sedang menikmati bubur menjelaskan perbedaan bubur yang diaduk dan tidak diaduk secara saintifik. Pertama-tama ia menggunakan rumus konduksi panas untuk mencari seberapa cepat suhu akan merata baik pada bubur diaduk dan tidak diaduk.
Baca juga: Viral! Penjual Nasi Bebek di Bekasi Mirip Namjoon BTS
![]() |
Dari hasil penghitungannya, bubur yang diaduk memiliki panas 45 joule sementara yang tidak diaduk hanya 19 joule. Artinya bubur yang diaduk memiliki suhu panas yang merata, sementara pada bubur yang tidak diaduk suhunya cenderung berbeda pada tiap sisi.
Alif juga menghitung peluang dari kombinasi rasa bubur berdasarkan topping. Misalnya, seporsi bubur memiliki 6 jenis topping yang dikonsumsi secara terpisah sebab tak diaduk.
Hasilnya ditemukan 63 kombinasi rasa yang dapat dinikmati dalam setiap suapan yang berbeda. Sementara jika bubur diaduk, rasanya akan cenderung sama tetapi bercampur rata.
Perhitungan selanjutnya ialah untuk mengukur entropi rasa guna mengetahui seberapa variatif rasa bubur. Bubur yang tidak diaduk mendapatkan hasil 2,32 bit dan yang diaduk jumlahnya 0 bit.
Baca juga: Ala Bisyir, Pebisnis Dessert yang Diminta Rp 10 Juta buat Donat Pinkan Mambo
![]() |
Artinya semakin rendah entropi rasa makanan, maka rasanya akan stabil pada setiap suapan. Sementara pada bubur yang tidak diaduk dengan hasil entropi rasa yang lebih tinggi citarasanya akan lebih dinamis dan tidak terduga.
Alif mendapatkan tiga kesimpulan dari perhitungan fisika dan matematika yang diterapkannya. Pertama, induksi suhu membuat bubur diaduk memiliki panas yang lebih cepat dibandingkan bubur tidak diaduk.
Kedua, rasa bubur yang diaduk lebih merata sementara bubur tidak diaduk lebih variatif. Ketiga, keragaman rasa bubur tidak diaduk lebih dinamis dibandingkan bubur diaduk.
Sehingga bubur diaduk disarankan untuk orang yang suka kenyamanan, efisiensi dan kestabilan. Sementara bubur yang tidak diaduk akan lebih disukai orang yang dinamis, penuh kejutan, serta lebih senang pengalaman yang kompleks.
(dfl/adr)