Biaya sewa dan hidup yang tinggi membuat dunia restoran di Dubai terancam. Para pemilik bisnis kuliner mulai ketar-ketir akan ancaman kegagalan pada bisnisnya.
Dubai menjadi salah satu bagian dari Uni Emirat Arab (UEA) yang identik dengan kemewahan. Gaya hidup di sana, seperti hiburan hingga tempat makan dirancang khusus untuk kelas atas.
Namun, belakangan ini bisnis kuliner di Dubai terancam gagal karena biaya hidup tinggi. Sekitar 13.000 tempat makan di Dubai berusaha keras untuk menarik pelanggan di satu pasar kuliner terpadat di dunia.
Restoran tersebut melayani semua kalangan. Beberapa tempat menyajikan nasi biryani murah, sementara yang lain menawarkan hidangan yang disajikan dengan edible gold.
Dikutip dari Hindustan Times (3/7) berikut faktanya:
1. Pasar yang kompetitif
Dubai memiliki lebih banyak restoran per kapita daripada kota besar mana pun kecuali Paris. Namun, dunia restoran yang sedang berkembang pesat di negara-kota ini menguji batas model pertumbuhan dengan segala cara.
Pada akhirnya itu menimbulkan pertanyaan tentang berapa lama Dubai dapat terus memenuhi ambisinya sendiri. Persaingan di dunia bisnis kuliner pun sangat ketat.
"Lewatlah sudah hari-hari ketika semuanya terasa enak," ujar Kym Barter, manajer umum Atlantis The Palm, sebuah resor yang terletak di kepulauan buatan yang memiliki lebih banyak bintang Michelin daripada tempat lain mana pun di Timur Tengah.
Namun kehadiran para influencer kuliner di Dubai yang paling populer di antaranya memiliki jutaan pengikut di media sosial, tidaklah cukup untuk membantu bisnis kuliner.
2. Dubai sebagai destinasi kuliner memukau
Dubai memiliki sekitar sembilan penduduk ekspatriat untuk setiap warga negara Emirat. Sebagian besar pekerja sektor swasta adalah migran dengan kontrak sementara.
Menurut beberapa perkiraan, jumlah wisatawan melebihi jumlah penduduk lokal sekitar lima banding satu, dan mereka menghabiskan banyak uang.
Pengunjung Dubai turun rata-rata lima kali lebih banyak daripada mereka yang bepergian ke Arab Saudi atau bahkan Amerika Serikat, menurut konsultan restoran global Aaron Allen.
Menurut Torsten Vildgaard, kepala koki di FZN by Björn Frantzén, Dubai berada di jalur yang benar untuk menjadi ibu kota makanan dunia.
Restoran yang harganya lebih dari Rp 8,7 juta per orang itu adalah satu dari dua restoran di Dubai yang meraih tiga bintang Michelin pada bulan Mei.
"Kita baru melihat sedikit dari apa yang akan terjadi dalam hal gastronomi di sini," tutur Vildgaard.
Fakta lebih lanjut ada di halaman selanjutnya.
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
(raf/adr)