Betawi juga punya dodol sebagai bagian dari kekayaan budaya kulinernya. Berbeda dengan daerah lain, dodol punya makna yang lengket dengan budaya asli Jakarta.
Jakarta yang pernah menjadi ibukota menyimpan banyak sejarah panjang di dalamnya. Banyak budaya suku Betawi sebagai suku asli yang mendiami Jakarta menarik untuk diketahui.
Makna filosofi yang kental hingga bukti banyaknya akulturasi budaya terekam dalam jejak sejarahnya. Salah satu yang identik dengan Betawi ialah dodol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dodol khas Betawi berbeda dengan dodol di daerah lain memiliki maknanya sendiri. Sayangnya seiring waktu, kudapan tradisional ini semakin tergerus zaman.
Baca juga: Spesial! Jeff Bezos Hadirkan Menu Bakery 150 Tahun ke Pernikahannya
Berikut 4 fakta dodok Betawi yang dilansir melalui berbagai sumber:
![]() |
1. Asal Usul Dodol Betawi
Dalam Sastra Kakawin Ramayana, dodol Betawi memiliki sejarah yang panjang. Konon pada masa kerajaan Medang, dodol Betawi sudah mulai diproduksi.
Sekitar abad ke-9 di daerah Sunda Kalapa ditemukan banyak kuliner Betawi salah satunya ialah dodol. Melansir laman Seleranusantara.id, jika merujuk pada bahan pembuatannya dodol berakar dari kreativitas masyarakat agraris.
Sebab penggunaan kelapa, gula aren, dan beras ketan dalam pembuatan dodol tradisional berasal dari hasil bumi masyarakat setempat. Begitu pula di tanah Jakarta Utara yang dahulu terkenal sebagai bagian wilayah pesisir.
2. Makna Gotong Royong
Butuh waktu lama untuk membuat dodol. Adonannya yang ketika dimasak semakin lama menjadi semakin berat juga sulit dilakukan sendiri.
Melansir laman Kebudayaan Kemdikbud, hal ini menjadi alasan orang Betawi membuat dodol secara bergotong royong. Baik sekadar bertetangga maupun kerabat yang tinggal berdekatan biasanya akan saling membantu membuat dodol.
Proses pembuatan dodol secara gotong royong sejak dahulu rutin dilakukan menjelang Idul Fitri. Biasanya dodol akan dibuat dalam jumlah banyak untuk kemudian dibagikan kepada orang-orang yang ikut serta membuatnya.