5 Fakta Manten Tebu, Tradisi Sakral Sebelum Produksi Gula di Pabrik

5 Fakta Manten Tebu, Tradisi Sakral Sebelum Produksi Gula di Pabrik

Riska Fitria - detikFood
Kamis, 10 Apr 2025 13:30 WIB
Fakta Manten Tebu
Foto: GNFI
Jakarta -

Tradisi Manten Tebu diangkat menjadi kisah horor dalam film Pabrik Gula yang sedang tayang di bioskop. Lantas, apa makna dari tradisi tersebut?

Film horor Pabrik Gula tengah menarik perhatian masyarakat. Film yang disutradarai oleh Awi Suryadi tersebut berhasil menembus 2 juta penonton hingga awal April.

Film horor ini diadaptasi dari kisah yang ditulis oleh SimpleMan di X. Film ini mengisahkan tentang peristiwa mistis yang menimpa para pekerja di pabrik gula.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam ceritanya ada satu ritual yang menjadi sebab datangnya hal mistik. Ritual tersebut dikenal sebagai Manten Tebu yang ternyata merupakan sebuah tradisi yang sakral.

Dikutip dari Good News From Indonesia (09/04/25) berikut fakta tradisi Manten Tebu.

1. Apa itu tradisi Manten Tebu

ADVERTISEMENT
Fakta Manten TebuManten Tebu merupakan sebuah upacara yang diadakan oleh pabrik gula sebelum masa giling tebu tiba Foto: GNFI

Manten Tebu merupakan sebuah upacara yang diadakan oleh pabrik gula sebelum masa giling tebu tiba. Ritual ini dilakukan oleh pemilik pabrik gula dan petani tebu.

Manten Tebu dilakukan dengan cara mengarak sepasang boneka tebu. Satu disimbolkan sebagai panten laki-laki dan satu lagi disimbolkan sebagai manten perempuan.

Kata 'Manten' dalam bahasa Jawa artinya pengantin. Jadi, dalam ritual ini artinya mengawinkan sepasang pengantin tebu yang diambil dari kebun tebu milik pabrik gula dan kebun tebu milik petani.

Menurut buku berjudul Sejarah Tradisi Ritual Giling Manten di Pabrik Gula Ngadirejo Desa Ngadirejo Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, konon tradisi ini merupakan bentuk persembahan kepada penunggu pabrik gula.

2. Berasal dari Tegal, Jawa Tengah

Tradisi Manten Tebu berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Tradisi ini bermula ketika hasil perkebunan di sana melimpah ruah.

Dikutip dari Indonesia.go.id, pabrik gula pertama yang ada di Tegal berdiri sejak 1832. Berkembang pesatnya hasil produksi gula di sanalah yang melahirkan tradisi Manten Tebu.

Ritual ini menandakan bahwa musim panen tebu telah tiba. Pasangan tebu yang menikah tersebut akan jadi tebu pertama yang diolah dalam mesin penggilingan pabrik gula.

Fakta tentang Manten Tebu ada di halaman selanjutnya.

3. Makna tradisi Manten Tebu

Tradisi Manten Tebu TulungagungTradisi Manten Tebu Tulungagung Foto: Adhar Muttaqin

Bagi masyarakat Jawa khususnya yang tinggal di sekitar pabrik gula, tradisi Manten Tebu bukan hanya sekadar ritual biasa, tetapi juga sebagai bentuk terima kasih kepada bumi.

Pertama, tanaman tebu ditanam dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang, sehingga hasil panen yang melimpah dianggap sebagai anugerah dari alam.

Lewat tradisi ini, masyarakat diingatkan untuk selalu menjamin keberlanjutan. Secara simbolik, ini sebagai pengharapan untuk tebu-tebu agar memberi keturunan yang berkualitas.

Tradisi ini juga mengajarkan masyarakat supaya memilih varietas tebu terbaik dan membiasakan diri menggunakan metode pertanian yang ramah lingkungan.

4. Dilengkapi selamatan

Ritual Manten Tebu dilaksanakan di waktu yang tepat, yakni dengan menggunakan weton atau penanggalan hari baik dalam Tradisi Jawa.

Selain mengarak, tradisi Manten Tebu juga dibarengi dengan selamatan. Salah satu ritualnya adalah penyembelihan kepala kerbau untuk sesajen.

Biasanya membutuhkan dua kepala kerbau. Satu kepala ditaruh di dekat mesin penggiling, dan satunya ditaruh di mesin masak. Sementara dagingnya dibagikan kepada masyarakat.

5. Wujud syukur masyarakat

Tradisi Manten Tebu di BlitarTradisi Manten Tebu di Blitar Foto: (Erliana Riady/detikcom)

Secara umum, tradisi Manten Tebu ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil panen tebu yang kemudian akan diolah dan menghasilkan gula.

Biasanya dilakukan sebelum masa giling tebu yang mulai pada April hingga Mei. Selain itu, tradisi ini juga merupakan wujud penghargaan agar pelaksanaan giling tebu berjalan lancar.

Tradisi ini juga menjadi momen meriah bagi masyarakat karena pelaksanaannya juga diikuti oleh pesta rakyat. Upacara ini sering dikaitkan dengan kisah Dewi Sri yang dianggap sebagai lambang kesuburan bagi masyarakat Jawa.

Halaman 2 dari 2
(raf/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads