3. Proses produksi gula
Saat itu, produksi gula di pabrik masih menggunakan alat tradisional. Pertama, tebu diperas menggunakan alat gilingan berupa grinder berbahan logam.
Grinder tersebut kemudian diputar secara manual menggunakan tenaga sapi. Lalu, air perasannya diproses sedemikian rupa hingga membentuk butiran-butiran berwarna putih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4. Perkembangan pabrik gula
![]() |
Pabrik gula Bagong menghasilkan gula dalam jumlah banyak untuk kemudian diekspor ke berbagai wilayah. Pada awal abad ke-20 pabrik gula ini mulai mengalami modernisasi.
"Jika di tahun sebelumnya menggunakan alat tradisional, maka di abad ke-20 atau sekitar tahun 1900-an ini mulai menggunakan mesin-mesin industri," lanjut Kuncarsono.
Produksi gula pun semakin banyak. Namun, karena perkembangan zaman, termasuk perkembangan wilayah perumahan membuat banyak pabrik gula tutup, termasuk pabrik gula Bagong.
5. Pabrik gula Bagong Tutup
![]() |
Pada tahun 1926, sejak dibangun kompleks perumahan di daerah Gubeng, pabrik gula Bogong mulai tutup. Tak diketahui pasti yang kini menjadi pemilik dari eks kantor pabrik gula Bagong itu.
"Bangunan itu tidak masuk aset pemerintah. Itu punya pihak swasta. Area sekitarnya yang dibangun perumahan juga sudah dibeli pihak pengembang," tutur Kuncar.
Sekarang, bangunan pabrik gula Bagong terbengkalai dan hanya menjadi arsip sejarah. Namun, ini menjadi saksi bisu bahwa pulau Jawa pernah menjadi eksportir gula terbesar di dunia.
Meskipun sudah lama tak beroperasi, tetapi bangunan pabrik gula Bagong masih utuh dan dapat terlihat di kawasan Gubeng.
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)