5 Etika Review Produk Makanan dan Restoran, Jangan Merendahkan!

5 Etika Review Produk Makanan dan Restoran, Jangan Merendahkan!

Diah Afrilian - detikFood
Selasa, 04 Mar 2025 18:30 WIB
5 Etika Review Produk Makanan dan Restoran, Jangan Merendahkan!
Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan
Jakarta -

Akhir-akhir ini banyak food reviewer atau kritikus makanan bermunculan. Untuk mengulas produk makanan perlu memerhatikan etika atau tata caranya.

Tren food vlogger membuat banyak orang mudah menjadi seorang pengulas makanan. Tak hanya memberikan rekomendasi tetapi banyak juga yang berani mengomentari makanan atau restoran yang disambangi.

Salah satu kasus yang tengah disoroti ialah seruan boikot Codeblu karena dianggap merusak bisnis para pengusaha kuliner. Nada dan intonasinya yang dianggap agresif hingga indikasi merusak nama baik suatu bisnis kuliner tak bisa dibenarkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walaupun bertujuan memberi informasi tetapi tetap ada etika yang wajib dilakukan seorang pengulas (reviewer). Jangan sampai tempat yang didatangi justru terkesan direndahkan hingga merusak bisnis yang dibangun pemiliknya.

Berikut 5 etika mengulas makanan atau restoran yang dikutip dari beberapa sumber:

5 Etika Review Produk Makanan dan Restoran, Jangan Merendahkan!Seorang kritikus makanan harus senantiasa bersikap sopan. Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan

1. Mengutamakan kesopanan

Mengutip Dinesurf, sebagai seorang yang datang ke tempat makan atau restoran untuk mengulas menunya sudah sebaiknya tetap berlaku sopan. Datang seperti tamu lain dan tidak layanan istimewa adalah cara terbaik menjadi seorang kritikus makanan.

ADVERTISEMENT

Saat memesan makanan harus tetap memanusiakan pekerja restoran. Mereka bukanlah robot yang hanya diciptakan untuk melayani saja.

Karena itu tak ada salahnya untuk bertanya maupun memaklumi sedikit kesalahan yang dilakukan. Sederhananya tetap mengucapkan tolong, maaf, dan terima kasih kepada pekerja di restoran harus selalu diperhatikan.

2. Pilih menu andalan

Mengulas sebuah tempat makan harus dilakukan secara adil. Termasuk memastikan memilih untuk mencicipi menu terbaik mereka sebagai pertimbangan utama dalam mengulas.

Menu terbaik seharusnya menjadi salah satu kekuatan yang dapat dianggap sebagai tolak ukur. Jika menu terbaiknya saja tak bisa disajikan dengan kualitas yang baik, lantas menu lainnya harus dipertanyakan.

Mengulas makanan juga harus bisa bersikap spesifik dalam menentukan pilihannya. Tak ada salahnya untuk memesan penyesuaian, misalnya jika tak kuat rasa pedas atau ingin lebih asin, tetapi lebih dianjurkan mencicipi racikan dari resep aslinya.

Etika mengulas makanan atau restoran berlanjut di halaman berikutnya.

3. Jangan terpengaruh

Banyaknya food reviewer seringkali berpengaruh pada psikologi seseorang ketika mencicipi makanan. Akibat terbawa tren makanan yang memiliki rasa biasa saja mungkin bisa terasa enak berkat pengaruh para food reviewer lainnya.

Salah satu faktor yang membuat seseorang terpengaruh memberikan ulasannya ialah kehadirannya sebagai seorang tamu undangan. Dalam kondisi seperti ini, food reviewer yang diundang sebuah tempat makan untuk mengulas wajib menerangkan bahwa dirinya diundang.

Kritikus makanan bernama Jason DeRusha mengatakan ia tak pernah memanfaatkan makan gratis di restoran yang mengundangnya. Ia menyebut akan selalu mengaku untuk beberapa tempat makanan yang sengaja mengundangnya atau tidak dalam ulasan yang diberikan.

4. Izin jika perlu

5 Etika Review Produk Makanan dan Restoran, Jangan Merendahkan!Izin untuk memotret area di restoran penting untuk diperhatikan agar semua orang merasa nyaman. Foto: Getty Images/Nuttawan Jayawan

Mengambil foto dan video pada properti milik orang lain tanpa izin adalah salah satu hal yang selayaknya tidak dilakukan. Beberapa restoran atau tempat makan bahkan menempel dengan jelas larangan foto atau video tanpa izin.

Meminta izin dengan sopan untuk mengambil foto atau video dari sebagian ruangan bukan hal yang aneh. Perilaku ini tak hanya untuk menghargai pemilik bisnis tetapi juga menghormati mereka yang bekerja di restoran atau tempat makan.

Bukan hal yang tak mungkin wajah para pekerja akan tersorot kamera, sehingga sepatutnya meminta izin atas kesediaannya. Mengingat ada beberapa area di dalam sebuah restoran atau tempat makan juga yang terlalu sensitif sehingga tidak mempersilakan orang yang tidak berkepentingan untuk masuk.

5. Gunakan bahasa yang tepat

Kunci utama sebagai kritikus yang baik ialah memilih kosakata yang tepat sehingga tidak terkesan menjatuhkan. Menjelaskan rasa makanan secara tepat serta tidak hanya merujuk pada selera sendiri perlu dilakukan.

Hindari bahasa seperti 'tidak istimewa', 'tidak menarik', atau beberapa kata-kata yang merujuk secara subjektif. Pada laman Accountable Journalism sendiri seorang pengulas makanan atau restoran seharusnya tidak menyampaikan informasi bias atau berdasarkan kesukaannya sendiri saja.

Menggunakan istilah yang lebih halus seperti menyarankan menu untuk penyuka pedas, penyuka manis, atau mempertimbangkan selera orang lain lebih dianjurkan. Hindari untuk menggunakan kata-kata kasar apalagi makian.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Ini Codeblu yang Ternyata Pencipta Croissant Geprek"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)

Hide Ads