Di tengah upaya mencukupi kebutuhan hidup yang semakin sulit, nyatanya masih banyak orang baik. Bahkan ada kedai yang sengaja menjual makanan murah untuk buruh.
Banyak keluhan ketika harga bahan pokok semakin melambung. Tampaknya biaya hidup yang meningkat hampir terjadi di banyak negara dengan berdampak pada banyak sektor kehidupan.
Dalam kondisi seperti ini, rakyat kecil yang menjadi korban. Harga makan yang mahal, pekerjaan yang sulit didapatkan, hingga berupaya untuk memutar otak menghidupi keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyatanya masih banyak orang baik yang rela mengulurkan tangan dan berbagi sedikit rezekinya. Seperti seorang pemilik kedai yang sengaja sajikan makanan murah untuk para buruh miskin.
![]() |
Melansir Tuoitrenews (20/2) sebuah kedai sederhana di Duong Tu Guang Street, Dong Nai, Vietnam menjadi sorotan gegara aksi baik yang dilakukan. Seorang wanita berusia 35 tahun yang bernama Le Thi Hong Phuong memiliki ide mulia yang kemudian dilakukan bersama temannya.
Mereka mendirikan kedai yang menyajikan bubur, mie instan, hingga nasi dengan lauk yang dibanderol murah meriah. Satu porsi makanan di kedai ini bisa dibeli seharga 1.000 Vietnam Dong atau setara dengan Rp 639.
Ternyata target market mereka ialah para buruh yang hidup dalam batas kemiskinan dan seringkali sulit makan. Idenya tersebut datang dari inspirasi Phuong ketika menyambnagi provinsi Dong Nai, Vietnam.
Di sana ia melihat sebuah kedai yang sama sekali tak mencari untung melainkan bertujuan untuk aksi amal dengan menjual makanan murah. Kebaikan Phuong juga didukung dengan orang-orang di sekitarnya, ada yang membantu melayani pelanggan hingga memberikan bantuan berupa alat masak maupun bahan-bahan makanan.
![]() |
"Kami tidak bisa membantu kedai ini melalui uang tunai, sehingga kami bersedia memberikan tenaga yang kami miliki," ujar salah satu relawan di sana.
Lebih lanjut Phuong menyebut setiap pukul 10 pagi waktu setempat akan banyak pekerja yang datang untuk sarapan. Sehingga kedai itu dioperasikan mulai dari jam 9 pagi hingga 9 malam, dengan waktu paling ramai saat memasuki jam 11 siang hingga usai makan siang.
Walaupun makanan yang ditawarkan murah, Phuong tetap berusaha menyajikan menu yang tidak membosankan. Pada Senin, Rabu, dan Jumat mereka menyajikan nasi dan mie instan, sementara di hari lain akan ada tumis sayuran serta lauk pauk kreasi Phuong sendiri.
Banyak donasi yang datang memberikan Phuong beberapa peralatan masak tambahan. Penanak nasi, pemanas air, sampai teko elektrik pun didapatkan dari hasil donasi.
"Salah satu pekerja yang menjadi tusuk gigi juga ada yang menyadari bahwa kami tidak mempunyai tusuk gigi. Sehingga ia membawakan beberapa kantung tusuk gigi untuk digunakan orang-orang yang datang. Seorang wanita juga datang memberikan donasi berupa dua botol soy sauce untuk kedai kami di hari berikutnya," ujar Phuong yang bahagia ketika mengingat kenangan baiknya.
(dfl/dfl)