Preferensi seseorang akan teh manis atau teh tawar ternyata bukan soal selera semata, melainkan bisa juga berkat asal daerahnya. Begini penjelasan pencinta teh Indonesia.
Minum teh sudah jadi kebiasaan mayoritas orang Indonesia, bahkan teh menjadi minuman populer selain air putih. Sebab usai makan, orang Indonesia lebih suka menyeruput minuman teh hangat ataupun es teh.
Racikan teh ada yang manis karena ditambahkan gula dan ada teh tawar dengan rasa yang hambar karena memang tidak ditambahkan apa-apa. Setiap orang pun punya preferensi selera mengenai jenis teh ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya ternyata dipengaruhi asal-usul daerahnya. Mengutip unggahan pencinta teh Indonesia, @ozasudewo, terungkap fakta menarik dibalik perkembangan selera masyarakat Jawa akan teh manis dan teh tawar.
Ia menjelaskan hal ini berdasarkan informasi yang didapat dari Prof. Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada.
![]() |
Oza menceritakan perbedaan selera orang Jawa Tengah yang lebih suka teh manis dengan orang Sunda (Jawa Barat) yang lebih suka teh tawar.
"Di zaman penjajahan Hindia Belanda, 80% perkebunan teh itu ada di area Jawa Barat. Bayangin, tinggal di satu daerah yang isinya perkebunan teh, tentu lo akan bisa mendapat akses teh yang lebih baik dibanding di luar daerah tersebut," ujar @ozasudewo mengawali penjelasannya.
Berkat akses tersebut, warga Jawa Barat bisa mendapat kualitas teh yang lebih baik. Alhasil cita rasa tehnya sudah lebih enak, meski tidak ditambahkan apa-apa. Banyak orang Jawa Barat pun sudah puas menikmati teh tawar.
Berbeda halnya dengan di Jawa Tengah dan di Jawa Timur. "Jawa Tengah dan Jawa Timur diset oleh Hindia Belanda itu untuk perkebunan tebu. Makanya pabrik gula banyak di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Semuanya mereka gulain (tambahkan gula)," ujar @ozasudewo.
Hal ini juga tergambar dari kuliner di Jawa Tengah juga yang punya kecenderungan jauh lebih manis. "Dan itu juga pada akhirnya ketika ada teh, mereka gulain (tambahkan gula). Apalagi ketambahannya, teh yang mereka dapat nggak sebagus yang orang Jawa Barat minum," lanjut @ozasudewo.
Dari kebijakan pemerintah Hindia Belanda, yang satu pusat teh (Jawa Barat), yang satu pusat gula (Jawa Tengah), jadinya mengakar ke masyarakat.
![]() |
Banyak netizen pun tertarik dengan fakta menarik yang diungkap @ozasudewo ini. Salah satunya orang Jawa Barat yang merasa teh tawar di Jawa Timur memang kurang enak dibanding yang dia nikmati saat tinggal di Cimahi (Jawa Barat).
"Tapi jujur, selama pindah ke Jawa Timur, setiap lagi di luar kalau pesen teh tawar pasti dapatnya zonk kak, masih suka kaget kok gini sihh tehnya. Atau emang beda selera jenis tehnya aja juga mungkin kali yaaa..," ungkap netizen tersebut.
"Lima tahun merantau di Bandung. Jadi suka minum teh tawar, pulang ke Jawa Timur masih terbawa kebiasaan itu. Dikira aku lagi menghindari diabet, padahal emang kebawa kebiasaan dari Bandung," sahut netizen lain.
(adr/odi)