Pengalaman zonk dialami pria ini ketika membeli otak-otak di sebuah gerai. Dengan harga yang tidak begitu murah, pria ini mendapat otak-otak yang rasanya aneh!
Ketika beli jajanan atau makanan di tempat makan atau restoran, pelanggan tentu berharap makanan yang mereka beli tidak mengecewakan.
Punya rasa yang enak adalah bonus, hal terpenting makanan tersebut tidak aneh dan aman dikonsumsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, tidak semua penjual menawarkan makanan sesuai ekspektasi pelanggan. Bukan hanya soal rasa dan harga, melainkan juga kualitas makanan yang terkadang buruk.
Hal mengecewakan seperti ini sempat dialami oleh seorang pelanggan pria asal Singapura.
Pria bernama Raven belum lama ini pergi ke 8 Pending Cafe di Bukit Panjang Community Club di 8 Pending Road, Singapura.
Melansir stomp.straitnews.com (20/01/2025), pria itu membeli otak-otak di kafe tersebut. Ia mengungkap bahwa otak-otak berukuran kecil dibanderol seharga 0.80 SGD (Rp 9.600) sedangkan yang besar 1.50 SGD (Rp 18 ribu).
Raven membeli 10 otak-otak kecil dengan total harga seharusnya 8 SGD (Rp 96 ribu). Pria ini memberi uang tunai sebesar 10 SGD, tetapi pihak kasir hanya mengembalikan uangnya sebesar 1 SGD (Rp 12 ribu).
![]() |
Setelah membayar otak-otak itu, pria ini langsung mencobanya. Saat digigit, ia langsung melepehkan otak-otak itu karena rasanya dianggap aneh.
Merasa ada hal menganjal di hidangan otak-otak tersebut, Raven langsung balik ke kafe. Sayangnya, pelayan di kafe menolaknya.
Alih-alih meminta maaf dan mengembalikan uangnya, menurut Raven pelayan di kafe itu langsung menolak dan meminta temannya untuk mengurusi hal ini.
"Wanita (pelayan) itu menolak fakta bahwa otak-otak ini rasanya aneh dan dia mengungkap kalau mungkin saya mengambil otak-otak yang salah," jelasnya.
Pelayan di kafe itu justru menyarankan pria itu dengan mengungkap, "Mengapa Anda tidak menambah selisih biaya 4 SGD (Rp 48 ribu) dan mendapat 10 otak-otak besar hanya dengan harga 12 SGD (Rp 122 ribu)?"
Raven menolak penawaran tersebut, tetapi pelayan di kafe juga masih tidak mau mengakui bahwa otak-otak yang mereka tawarkan punya rasa aneh.
![]() |
Tidak terima dengan perlakuan yang ia dapatnya di kafe, Raven lantas melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Untungnya dia juga belum membagi otak-otak ini ke teman-temannya.
Usai mendapat laporan tersebut, pihak The Singapore Food Agency (SFA) langsung melakukan investigasi.
Menurut perwakilan SFA, keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama.
"Sementara SFA memberlakukan dan menegakkan langkah-langkah regulasi, pemilik gerai makanan harus memainkan peran mereka dengan mematuhi praktik kebersihan dan persiapan makanan yang bijak. Pemilik gerai juga perlu memastikan tempat mereka bersih dan terawat dengan baik," jelasnya.
Masyarakat di Singapura juga dihimbau untuk pelaporan ke SFA jika memiliki kekhawatiran tentang praktik keamanan pangan.
Sampai saat ini belum diketahui hasil dari investigasi SFA terhadap kafe tersebut.
(aqr/adr)