Mengaku gemar minum kopi sejak kecil mendorong Caroline Shierly berjualan kopi di pinggir jalan. Dia nekat hijrah dari Bali menggunakan sepeda motor menembus Jabodetabek sendirian.
Belasan pemuda duduk santai di emperan sebuah gerai elektronik yang sudah tutup di Jalan Margonda - Depok, Senin (20/1/2025) malam. Mereka asyik bercengkerama satu sama lain dalam cahaya temaram lampu jalanan. Sesekali asap nikotin mengepul seolah menyembunyikan gundah menanti minuman yang dipesan datang.
Terpaut beberapa jengkal dari mereka seorang gadis muda nan mungil dengan lincah meracik menu-menu kopi yang dipesan. Parasnya ayu, ramah, dan santun. Layaknya seorang barista profesional si gadis cekatan menggiling biji kopi dengan grinder mungil, menimbang lalu menyeduhnya dengan air panas yang mengepul. Semerbak aroma harum kopi Kintamani dan Argopuro pun menguar berganti-ganti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gadis barista itu Caroline Shierly. Baru 19 tahun usianya, tapi sungguh bernyali. Dia nekat pamit kepada orang tuanya di Bali untuk merantau di Jabodetabek. Jarak sekitar 1000 kilometer dilaluinya dengan sepeda motor matik warna krem. Waktu tempuh sekitar sepekan. Karena itu ia menamai usahanya, '1000km Slow Bar Coffee'.
![]() |
"Saya pamitnya sih ke Yogyakarta untuk cari kerja, padahal cuma singgah dan lanjut ke sini," kata Caroline kepada detikfood di sela-sela melayani pesanan pengunjung.
Semula dia berpindah-pindah tempat di sekitar Tangerang. Sejak Oktober lalu lulusan Sekolah Pariwisata Bali, 2023 itu mangkal di emperan samping gerai iFixed Apple Service, Jalan Margonda Depok. Itu untuk Senin - Kamis, pukul 18.00 - 22.00, sedangkan Jumat - Minggu mangkal di dekat Alfa Tower, Alam Sutera BSD.
"Sebetulnya ya gak saklek pukul 22.00 sih, sampai pesanan selesai saja. Juga tergantung cuaca," imbuh Caroline.
Penyanyi blues Sandhy Sondoro melalui Instagramnya sempat memuji kiprah Caroline. "Keren, semakin sukses ya embaknya," tulis Sandhy dengan tambahan emoticon api membara.
Caroline, anak kedua dari lima bersaudara, memilih berkelana menjajakan kopi dengan sepeda motor lebih karena hobi. Maklum, sejak kelas empat SD sudah terbiasa minum kopi. Mungkin karena pengaruh kedua orang tuanya yang menjadi petani kopi di Tabanan. Selain itu Caroline merasa dirinya stuck dan tertinggal dari teman-teman seangkatannya selepas lulus sekolah.
![]() |
Kotak di atas jok motornya tertata peralatan dan aneka bahan baku dagangannya. Selain biji kopi dan cokelat, ada tiga kotak susu frisian flag coconut delight, beberapa botol air mineral, gula aren, grinder dan kompor gas mini, timbangan digital, tisu penyaring, dan lainnya.
Caroline menawarkan 7 varian menu, yakni V60 / Japanese, Capuccino, Coffe Latte, Vanilla Latte, Aren Latte, Mochaccino, dan Cokelat. Tarifnya dipatok belasan ribu saja.
Mungkin karena kawasan Depok kerap diguyur hujan, Caroline mengaku setiap malam rata-rata cuma menjual belasan cangkir saja. Namun malam itu, dari pukul 21.00 - hingga hampir pukul 22.00 detikfood menghitung sudah melayani lebih dari 20 cangkir. Padahal menjelang pukul 22, gerimis halus mulai turun. Namun kondisi itu tak membuat para pemuda tadi beranjak.
"Lumayan sih rasanya, harganya juga worth it lah untuk style street coffee seperti ini," kata Aria yang diamini dua temannya, Aftah dan Alga. Warga Grand Depok City itu mengaku biasa keluyuran malam untuk mencicipi kopi-kopi di pinggir jalan. "Jadi kami sih gak masalah lesehan kayak gini, tetap nikmat suasananya," imbuh Aria yang memesan V60 Japanese Kintamani dan Argopuro.
![]() |