Nuansa kampung alat makan dan kostum pegawai
![]() |
Nuansa kampung juga dihadirkan lewat alat-alat makan yang dipakai. Piring kaleng hingga cangkir blirik jadi yang utama. Sistem menghangatkan makanannya pun bukan pakai kompor.
Di area makan, terdapat 3 tungku api kayu bakar yang ditaruh wajan di atasnya. Isinya ada gule entok, lodeh terong, sampai tutut bumbu kuning.
Lalu untuk tempat bersantap disediakan bale-bale bambu yang diletakkan persis di bawah pohon bambu. Jadi pengunjung bisa makan lesehan sambil menikmati suasana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mau cuci tangan? Di Tanabambu kamu tidak akan menemukan wastafel, tetapi pompa! Memompa air rupanya jadi kegiatan menarik tersendiri bagi pengunjung yang mau coba.
Kemudian Aniss mengatakan, para pegawai di sini memakai baju lurik, kain, sarung, sampai kebaya untuk menguatkan kesan tradisional.
Penjual cendol dari Banjarnegara
![]() |
Menu-menu masakan yang dihadirkan di Tanabambu ada 50-60 jenis, berupa masakan Jawa-Sunda. Semuanya dibuat menggunakan resep autentik.
Lalu untuk minuman, Tanabambu menyediakan cendol. Uniknya, cendol di sini homemade dibuat dengan mempelajari resep dan tekniknya langsung dari penjual cendol yang didatangkan dari Banjarnegara.
"Kita juga punya orang khusus yang didatangkan langsung dari Banjarnegara untuk bikin dawetnya. Betul-betul dari gulanya, patinya, semua itu dikirim langsung dari Banjarnegara," kata Aniss.
Keberadaan Tanabambu di antara pemukiman warga juga membuat pemiliknya berinisiatif untuk membantu perekonomian sekitar. Mereka memberdayakan ibu-ibu yang sudah lanjut usia untuk melakukan tugas ringan, seperti menggeprek jengkol atau menyiapkan cabai.
Saat ini Tanabambu beroperasi mulai pukul 9 pagi sampai 8 malam. Kapasitas bersantapnya besar, bisa sampai 500 orang. Tanabambu belum menerima reservasi. Jadi kalau mau bersantap, bisa langsung datang.
(adr/odi)