Perjalanan Foie Gras dari Mesir Kuno hingga Perancis

Perjalanan Foie Gras dari Mesir Kuno hingga Perancis

Diah Afrilian - detikFood
Selasa, 07 Jan 2025 14:00 WIB
Perjalanan Foie Gras dari Mesir Kuno hingga Perancis
Foto: Getty Images/dashu83
Jakarta -

Foie gras yang terkenal sebagai makanan mahal asal Perancis punya perjalanan panjang. Hidangan berbahan hati anga ini telah disajikan sejak masa peradaban kuno.

Makanan mahal yang menawarkan eksklusivitas seolah dicari banyak orang untuk dinikmati. Seperti caviar, uni atau bulu babi, hingga foie gras yang berbahan hati angsa dengan rasa khas yang sedikit pahit.

Namun penyajian foie gras menjadi kontroversial sebab prosesnya yang dianggap menyiksa angsa. Foie gras sendiri lebih populer sebagai hidangan mewah yang berasal dari Perancis dan hanya disajikan pada restoran bintang lima.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktanya foie gras bukanlah hidangan yang murni disajikan di Perancis. Praktik konsumsi foie gras telah dilakukan jauh pada peradaban kuno dan pertama kali berlangsung di Mesir.

Baca juga: Mulia! Pria Ini Rela Jadi Pengantar Makanan Setahun Demi Beramal

ADVERTISEMENT
Perjalanan Foie Gras dari Mesir Kuno hingga PerancisPraktik konsumsi foie gras awalnya justru dimulai di Mesir Kuno. Foto: Getty Images/dashu83

Dikonsumsi masyarakat Mesir Kuno

The Good Food Network mencatat bahwa konsumsi foie gras dimulai oleh masyarakat Mesir Kuno. Alasan foie gras diproduksi dan dikonsumsi adalah karena kebiasaan para angsa yang kerap makan banyak saat musim dingin.

Akibatnya hati mereka membengkak dan ukurannya menjadi lebih besar dari biasanya. Namun ada juga yang menyebutkan sejak era Mesir Kuno beberapa peternak angsa juga memaksa hewan peliharaan mereka untuk makan banyak.

Biasanya angsa-angsa akan dicekoki pakan sambil melakukan perjalanan ke sungai Nil untuk membuat hatinya bengkak dan laku dijual. Salah satu makanan yang dicekoki adalah buah ara yang dipercaya membuat hati angsa lebih manis dan kaya rasa.

Foie gras dikenal di Perancis

Budaya yang dilakukan masyarakat mesir kuno akhirnya menyebar hingga ke Yunani dan Roma. Foie gras kemudian populer dengan jalur peredaran tersebut dan familiar dengan lidah orang Eropa.

Pengaruh masuknya orang Yahudi ke Perancis menjadi pintu utama penyebaran foie gras seperti catatan pada laman D'Artagnan. Orang-orang Yahudi di Perancis terbiasa memasak angsa dan lemak bebek untuk dikonsumsi.

Begitu pula dengan percobaan pengolahan hati angsa yang dipadukan dengan beberapa jenis makanan. Sampai sekarang bagian barat daya Perancis bahkan sampai dikenal sebagai produsen foie gras terbaik dan dipercaya seluruh penjuru negeri.

Perbedaan proses produksi foie gras dulu dan sekarang ada di halaman berikutnya.

Penyajian foie gras di masa lampau

Perjalanan Foie Gras dari Mesir Kuno hingga PerancisProses produksinya selalu berkembang dan lebih memerhatikan kebahagiaan angsa sebelum diambil hatinya. Foto: Getty Images/dashu83

Pada peradaban kuno, beberapa negara memberikan pakan angsa dengan cara yang berbeda-beda. Di Mesir, masyarakat Papyrus, mengandalkan pelet berbahan tepung sebagai asupan untuk angsa yang dipelihara.

Praktik pemberian pakan juga dilakukan secara manual dengan tangan dari peternaknya. Cara pemberian pakan ini diakui oleh pengamat menjadi yang paling dekat dengan praktik yang masih berlangsung sampai sekarang.

Tetapi ketika bergerak ke Yunani, angsa yang dipelihara dan sengaja untuk diambil hatinya diberi pakan yang beda. Adalah buah ara kering yang menjadi menu utamanya. Sementara di Roma, angsa bahkan diberi campuran wine dan madu pada makanannya.

Produksi foie gras era modern

Banyak kontroversi yang menyebutkan bahwa praktik konsumsi foie gras tidak beretika. Hal tersebut lantaran video yang sempat viral menunjukkan proses pemaksaan pemberian makan pada angsa sampai paruhnya rusak dan tersiksa.

Faktanya pada era modern pemberian pakan angsa justru mementingkan kebahagiaan angsa itu sendiri. Ada metode khusus yang dilakukan untuk membuat angsa tidak stres sehingga hatinya akan lebih berkualitas.

Banyak peternakan yang menciptakan lingkungan tanpa kandang dan melepas angsanya berkeliaran. Peternak yang menerapkan metode tersebut mempercayai bahwa hati angsa akan jauh lebih berlemak dengan rasa yang lebih enak ketika angsa bergerak bebas.

Baca juga: Resto Milik Aktor Terkenal Ini Gulung Tikar Usai Rugi Rp 20 Miliar

Halaman 2 dari 2
(dfl/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads