Kini Makin Banyak Turis Ikut Kelas Replika Makanan Khas Jepang

Kini Makin Banyak Turis Ikut Kelas Replika Makanan Khas Jepang

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Minggu, 24 Nov 2024 18:00 WIB
Kini Makin Banyak Turis Ikut Kelas Replika Makanan Khas Jepang
Foto: South China Morning Post
Jakarta -

Replika makanan menjadi budaya Jepang sejak ratusan tahun lalu. Kini proses membuatnya menjadi atraksi yang menarik minat para turis. Mereka mempelajari seluk beluk pembuatan replika makanan.

Replika makanan adalah benda yang dibuat semirip mungkin dengan makanan asli. Biasanya dipajang di bagian depan restoran untuk menunjukkan visual menu yang disajikan di sana.

Pengunjung pun jadi lebih mudah membayangkan hidangan tersebut. Tampilannya tak hanya menarik selera, tapi juga menunjukkan detail dari penggunaan bahan, topping, sampai garnish hidangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Membuat replika makanan adalah budaya sejak ratusan tahun lalu di Jepang. Di sana, replika makanan punya sebutan 'shokuhin sampuru' atau 'sampuru'.

Mengutip The Guardian (16/9/2019), sampuru kabarnya sudah ada hampir 100 tahun di sana. Semua bermula dari pembuatan replika makanan di Gujo Hachiman yang berlokasi di antara Osaka dan Tokyo.

ADVERTISEMENT

'Bapak Replika Makanan' di Jepang

Tak hanya asal-usul wilayah 'kelahiran' replika makanan, tapi sosok yang memperkenalkannya juga menarik dibahas. Adalah Takizo Iwasaki yang dikenal sebagai 'Bapak Replika Makanan' di Jepang.

Ia pertama kali terinspirasi membuat replika makanan dari lelehan lilin yang jatuh hingga menyerupai suatu bentuk di tatami rumahnya. Kemudian Iwasaki beride membuat replika makanan dan terus menyempurnakan teknik membuatnya dari lilin.

Kemudian jadilah replika omelet dan saus tomat yang mirip aslinya. Replika ini hadir di sebuah department store di Osaka tahun 1932. Dari momen ini pula, industri replika makanan hadir.

Kelas replika makanan diminati turis

Kini Makin Banyak Turis Ikut Kelas Replika Makanan Khas JepangFoto: South China Morning Post

Mengutip South China Morning Post (19/11/2024), kelas replika makanan kini menjadi kegiatan yang menarik minat turis mancanegara di Jepang. Salah satunya ditawarkan oleh Iwasaki Group yang diyakini sebagai pihak pertama yang mengomersialkan produksi replika makanan pada tahun 1932.

Daniel Bucheli asal Swiss, misalnya, mengikuti kelas membuat replika makanan di toko Iwasaki yang ada di Asakusa. Ia mengatakan, "Saya ingin mencoba pengalaman budaya yang hanya bisa kita dapatkan di Jepang. Oishiso (ungkapan terlihat lezat dalam bahasa Jepang)," katanya sambil pura-pura menggigit replika tempura labu buatannya.

Sementara itu, ada Sam Li dari Hong Kong yang juga baru pertama kali belajar membuat replika. "Saya mengirim foto kepada putri saya yang berusia 14 tahun dan dia berkata dia ingin mencobanya. Saya pasti akan membawanya ke sini saat kami berkunjung lagi," ujarnya.

Kelas membuat replika makanan ada di lantai 2 toko tersebut. Sedangkan di lantai 1 menjual berbagai pernak-pernik replika makanan, seperti magnet dan gantungan kunci.

Pengrajin replika makanan di Jepang sangat detail. Baca halaman selanjutnya.

Pengaruh media sosial bikin turis penasaran

Turis dari Swedia, Magnus Wattman mengatakan tertarik ikut kelas replika makanan setelah menelusuri pencarian di internet mengenai "fake food store".

Ia kagum dengan replika makanan yang sangat nyata dan berpikir barang ini bisa jadi souvenir yang bagus. Wattman akhirnya membeli replika roti panggang yang sudah dimakan setengah, pisang, dan telur setengah matang.

Kemudian ada Ariel Shitrit, anak 13 tahun yang tertarik dengan replika makanan setelah melihatnya di TikTok. "Saya melihat bagaimana pembuatan replika makanan di TikTok dan ingin datang ke toko ini," ujarnya yang membeli replika potongan sushi di atas piring kayu.

Pengrajin replika makanan yang detail

Kini Makin Banyak Turis Ikut Kelas Replika Makanan Khas JepangFoto: South China Morning Post

Setiap hari sebuah pabrik di Yokohama yang dioperasikan oleh perusahaan grup Iwasaki, Iwasaki Co, dipadati sekitar 50 pengrajin replika makanan. Mereka menghasilkan setiap barang dengan tekun dan detail.

Proses produksi dimulai dengan meletakkan makanan asli di mangkuk atau piring yang benar-benar digunakan di restoran. Pengrajin lalu mengambil cetakan setiap bahan dan mengisinya dengan resin plastik.

Bahan tersebut dipanaskan dalam oven dan siap diwarnai. Mereka kemudian menggunakan airbrush dan alat lain untuk menciptakan detail-detail bahan makanan.

"Tujuannya adalah untuk membuatnya tampak begitu nyata sehingga Anda hampir dapat menciumnya," kata Hiroaki Miyazawa, manajer pabrik yang telah membuat replika makanan selama 28 tahun.

Ia mengatakan bagian yang paling sulit dibuat replikanya adalah bahan mentah seperti ikan dan daun herba.

Namun diakui Miyazawa, belakangan industri pembuatan replika makanan di Jepang mengalami masa sulit. Sebab terjadi penurunan permintaan di pasar lokal.

"Replika makanan masih digunakan di restoran-restoran yang terletak di dalam department store, tetapi tidak sebanyak di restoran pinggir jalan," jelas Miyazawa. Terlebih, saat ini tingkat buka-tutup restoran mengakibatkan berkurangnya penggunaan replika.

Halaman 2 dari 2
(adr/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads