Food vlogger kerap memberikan ulasan untuk menjelaskan seberapa enak makanan yang dicicipinya. Berkaitan dengan itu, bagaimana food vlogger dalam Islam?
Food vlogger merupakan sebutan untuk kreator konten yang berkaitan dengan makanan. Mulai dari aksi mukbang hingga mengulas makanan di suatu tempat yang disiarkan lewat media sosial.
Terkadang banyak yang mengandalkan food vlogger sebagai patokan sebelum memilih restoran. Karenanya, food vlogger diharapkan dapat memberi penilaian yang jujur soal makanan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya banyak yang dianggap tak jujur karena konten tersebut bersifat iklan. Selain itu, penggunaan kata-kata yang digunakan saat mengkritik makanan kerap melukai pemilik restoran.
Lantas, bagaimana fenomena food vlogger dalam pandangan Islam?
1. Mengulas makanan yang diperbolehkan
![]() |
Dikutip dari Bincang Syariah (20/12/23) dalam literatur kitab fikih yang dijumpai beberapa penjelasan mengenai hukum food vlogger. Ulama merinci hukum tersebut menjadi dua bagian.
Pertama, apabila dalam mengulas makanan mengandung unsur pujian, maka diperbolehkan dengan syarat tidak ada unsur kebohongan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Ihya' Ulumuddin Juz 2:
"Ada pun yang pertama, maka hal itu adalah meninggalkan pujian. Apabila seseorang mensifati barang dengan tidak sesuai kenyataan, maka hal itu disebut dusta, apabila pembeli mempercayai hal itu, maka itu termasuk penipuan dan kezaliman serta adanya kedustaan,".
2. Mengulas makanan yang tidak diperbolehkan
Demikian pula, apabila dalam mengulas makanan tersebut mengandung unsur cacian, maka secara mutlak hukumnya haram karena termasuk ghibah yang dilarang.
Hal ini dijelaskan dalam lanjutan keterangan kitab Aujazul Ibarah Juz, sebagai berikut:
"Dan ghibah itu terjadi dengan menyebutkan beberapa 'aib dalam agama orang atau badannya, nasabnya, bentuknya dan pada setiap hal yang dinisbatkan padanya sampai pada baju dan rumahnya. Dan ghibah itu dilakukan dengan perkataan, tulisan, isyarat atau gerakan,".
Adab mengulas makanan menurut pandangan Islam ada di halaman selanjutnya.
3. Adab mengulas makanan
![]() |
Kata-kata dan istilah yang digunakan oleh food vlogger saat mengulas makanan juga disoroti. Tak jarang, food vlogger yang menggunakan kata-kata seperti, "Enak banget mau meninggal" dan "Gila! rasanya enak banget An**ng,".
Juga bahasa semacamnya yang bermaksud memuji, tetapi terlihat berlebihan dan itu bisa menghilangkan adab terhadap makanan yang diajarkan dalam Islam, lapor Islam Pos.
Berdasarkan tauladan Nabi Muhammad SAW sendiri, beliau menunjukkan cara berkelas dan beradab saat memberi mengomentari makanan. Kalau suka beliau makan, kalau tidak suka, beliau tinggalkan tanpa mencela.
4. Hikmah tidak mencela makanan
Dari yang diajarkan Nabi Muhammad SAW tersebut terdapat banyak hikmah. Salah satunya sebagai pengagungan kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki kepada kita berupa makanan.
Ketika banyak orang diuji dengan rasa lapar, Allah SWT masih memberikan nikmat makanan untuk kita. Selain itu, ada hikmah lain dari tidak mencela makanan, yakni menjaga perasaan orang yang telah memasak.
Apalagi sampai merugikan pemilik usaha, seperti yang terjadi belakangan ini di mana warung rawon menjadi sepi usai mendapat kritik tajam dari seorang food vlogger.
5. Pendapat Buya Yahya
![]() |
Dalam dakwahnya yang dibagikan lewat kanal YouTubernya, Buya Yahya juga menjelaskan untuk tidak mencela makanan. Menurutnya, makanan adalah karunia dari Allah SWT yang harus disyukuri.
"Nabi Muhammad tidak pernah mencela makanan, kalau dia tidak suka maka dia tinggalkan," tuturnya.
Dalam hal ini mungkin bisa menjadi patokan adab bagi food vlogger. Jika ada makanan yang kurang enak mungkin bisa disampaikan dengan etika yang baik, tanpa disiarkan.
Hal tersebut bisa dijadikan sebagai kritik yang membangun untuk pelaku usaha. Jika makanan tersebut enak, maka disiarkan pula dengan menggunakan kata-kata yang baik dan tidak berlebihan.