Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beragam. Begitu pula suku Karo dan hidangan ekstremnya yang bernama terites.
Sebagai negara yang majemuk bukan hal aneh jika Indonesia kaya akan berbagai budayanya. Termasuk keunikan budaya kuliner yang saling melengkapi antar satu daerah dengan daerah lainnya.
Selain makanan yang enak-enak, ada juga beberapa daerah yang memiliki hidangan ekstrem. Bahkan bahan utamanya adalah bahan yang tidak pernah terpikirkan untuk dapat diolah menjadi sebuah makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adalah suku Karo yang menetap di dataran tinggi Karo, Kota Medan memiliki salah satu hidangan ekstrem yang unik. Di daerah ini ada makanan yang bernama terites, bagi yang tak terbiasa rasanya akan merasa tertantang untuk menyantapnya.
Baca juga: Fani MCI Tuai Kontroversi Usai Komentari Nasi Kandar Malaysia
Berikut ini 5 fakta terites khas Karo melansir berbagai sumber:
![]() |
1. Sejarah terites
Dikenalnya teritees oleh orang Karo berasal dari kedatangan Hendrik Cornelis Kruyt. Ia merupakan misionaris asal Belanda yang dikirim untuk bertugas mengabarkan Injil di Sumatera Utara.
Pada 1890, Kruyt merasa frustasi setelah melihat seekor kerbau disembelih dan bagian isi perutnya berupa sisa-sisa rumput disendok dan disimpan warga. Kemudian rumput yang telah didapatkan akan dikumpulkan untuk kemudian diperas airnya.
Ternyata perasan rumput tersebut akan digunakan sebagai sajian kuah yang bernama terites. Kruyt mencobanya pertama kali dengan wajah datar dan sedikit meringis karena jijik sekaligus merasa pahit.
2. Makanan khas untuk upacara
Sebenarnya terites bukanlah makanan yang disajikan setiap hari sebagai hidangan bagi orang Karo. Tetapi ada waktu-waktu tertentu yang telah ditetapkan guna menyajikan terites.
Terites akan hadir dalam perayaan upacara adat seperti merdang merdem (kerja tahunan), pesta perkawinan, dan mengket rumah mbaru (memasuki rumah baru). Sehingga kuah terites tidak akan ditemukan dengan begitu mudahnya di Karo.
"Memakan makanan kerbau yang masih ada di perut dan isi kedalaman setengah dan hampir seluruhnya empuk, sudah cukup untuk mengubah omnivora menjadi vegetarian selama satu menit. Aku benar-benar muak, tapi aku mampu tampil tenang sepenuhnya," tulis Kruyt yang dikutip dalam The Early Years of a Dutch Colonial Mission: The Karo Field.
Di halaman selanjutnya masih ada fakta unik terites lainnya.
3. Disukai pahlawan
Hampir seluruh penduduk asli Karo ternyata akrab dengan hidangan ini. Begitu pula pada pahlawan nasional yang lahir dan besar di Karo, beberapa menyebut terites adalah makanan kesukaannya.
Djamin Gintings yang pernah menjabat sebagai TNI Resimen IV Divisi X Sumatera Utara menjadi salah satunya. Adalah Letnan Iwan Matsum, ajudannya, pernah ditawarkan untuk mencicipi terites yang dikatakan oleh Gintings sebagai makanan favoritnya.
Dikisahkan pada suatu kesempatan ia bertanya pada ajudannya tentang makanan-makanan khas Karo yang pernah dicicipi. Termasuk dengan memastikan Matsum pernah menyantap terites dan menyukainya.
4. Dicap sebagai makanan kotor
![]() |
Bagi orang di luar Karo, terites seringkali disebut sebagai makanan yang kotor dan jorok karena berasal dari bagian jeroan hewan. Pasalnya potongan rumput tersebut benar-benar dikeluarkan langsung dari usus besar hewan pemamah biak tersebut sehingga dianggap sebagai kotoran sapi.
Mangku Sitepu, selaku dokter hewan asal Karo, mengatakan bahwa hewan pemamah biak tersebut memiliki empat jenis perut. Asa rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Terites diambil dari pakan yang berada di rumen.
"Rasanya agak pahit dan baunya yang khas selama tiga hari tidak akan hilang. Bila kita makan tanpa menggunakan sendok, bau yang tertinggal di jari-jari tangan tidak akan hilang meski telah dicuci. Bau yang khas ini menjadi daya tarik masakan khusus yang juga berfungsi sebagai obat," tertulis pada Corat-Coret Anak Desa Berprofesi Ganda oleh Mangku Sitepu.
5. Kehalalan terites
Mulya Sari Hadiati dan Muhammad Mirum Sapat Surbakti pernah menulis artikel jurnal berjudul, "Terites, Kuliner Ekstrim Khas Karo Sebagai Daya Tarik Wisata Kuliner" membahas seluk beluk tentang terites. Di dalamnya disebutkan bahwa teites dianggap bermanfaat bagi kesehatan oleh penduduk Karo.
Ternyata olahan isi perut sapi tersebut bisa juga dihidangkan sebagai Soto Trites. Soto ini menggunakan bahan-bahan alami yang diambil secara segar dari tanaman-tanaman yang ada di sekitar pemukiman warga Karo.
Sehingga sajian ini dipercaya sebagai makanan vegetarian yang aman untuk dikonsumsi. Bahkan penduduk Karo juga percaya bahwa terites boleh dikonsumsi semua kalangan dan halal untuk dinikmati.
Tetapi jika merujuk pada penjelasan MUI Sumatera Utara, terites hukumnya haram untuk umat Muslim. Alasannya karena tergolong sebagai kotoran dan keberadaannya di dalam perut meskipun belum sampai anus.
Simak Video "Potensi Besar Kuliner Indonesia Masuk Pasar Internasional "
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)