Bolehkah Muslim Berebut Makanan Kenduri saat Maulid Nabi Muhammad SAW?

Bolehkah Muslim Berebut Makanan Kenduri saat Maulid Nabi Muhammad SAW?

Riska Fitria - detikFood
Senin, 16 Sep 2024 11:00 WIB
Bolehkah Muslim Berebut Makanan Kenduri saat Maulid Nabi Muhammad SAW?
Foto: iStock
Jakarta -

Maulid Nabi Muhammad SAW identik dengan perayaan kenduri, tetapi kerap berakhir rebutan makanan untuk mendapat berkah. Bagaimana hukumnya dalam Islam?

Maulid Nabi merupakan peringatan hari lahir dari Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah.

Di Indonesia, Maulid Nabi dirayakan dengan berbagai kegiatan. Mulai dari kajian, baca doa dan bersholawat bersama, dan tak ketinggalan dengan tradisi kenduri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tradisi tersebut, biasanya masyarakat menyajikan banyak makanan. Namun sayangnya, tradisi kenduri itu seringkali berakhir dengan berebut makanan untuk mendapat berkah.

Lantas, bagaimana hukumnya dalam ajaran Islam? Hal ini pernah dijelaskan oleh Buya Yahya dalam ceramah di YouTube Al-Bahjah TV (11/11/20).

ADVERTISEMENT

1. Menyalahi etika dan ajaran Islam

Bolehkah Muslim Berebut Makanan Kenduri saat Maulid Nabi Muhammad SAW?Bolehkah Muslim Berebut Makanan Kenduri saat Maulid Nabi Muhammad SAW? Foto: iStock

Buya Yahya menjelaskan bawa berebut makanan pada acara Maulid Nabi bisa jadi menyalahi etika dan ajaran Islam.

Sebab, saat berebut makanan bukan tidak mungkin jika terjadi saling sikut, saling desar, hingga makanan pun terjatuh dan terinjak-injak.

"Jangan sampai kalian mengejar sunnah atau ridho Allah SWT yang berakhir dosa. Itu kan bisa menyikut orang lain, jangan sampai cara kita seperti itu membuat Allah SWT menjadi murka," tutur Buya Yahya.

2. Mendatangkan dosa

Lebih lanjut, Buya Yahya juga menjelaskan bahwa dengan berebut makanan hingga menimbulkan korban tentu bisa mendatangkan dosa karena menyakiti orang lain.

"Dengan cara kita merebut-merebut makanan sampai menyikut orang sampai terjatuh misalnya, itu menjadikan tindakannya mendatangkan dosa," ujar Buya Yahya.

Karenanya, Buya Yahya juga menegaskan agar acara peringatan Maulid Nabi dilakukan dengan membedakan shaf antara laki-laki dan perempuan.

Penjelasan mengenai berebut makanan saat Maulid Nabi Muhammad SAW ada di halaman selanjutnya.

3. Berebut makanan tidak berkah

Warga memikul gunungan berisi nasi bungkus daun jati serta buah-buahan saat tradisi Ampyang Maulid di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Selasa (19/10/2021). Tradisi Ampyang Maulid merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Robiul Awwal dengan mengarak gunungan berisi nasi, lauk serta buah-buahan menuju masjid untuk didoakan dan dimakan bersama-sama. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.Ilustrasi kenduri saat Maulid Nabi Muhammad SAW. Foto: ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Berebut makanan bisa merusak makna dari Maulid Nabi. Menurut Buya Yahya, saat berniat untuk memperingati Maulid Nabi, sebaiknya lebih dulu meneladani tindakan Nabi.

Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan untuk lebih mendahulukan orang lain daripada diri sendiri. Selain itu, berebut makanan seperti itu juga tidak akan mendatangkan berkah.

"Kalau ingin mendapat barokah, ambil secukupnya. Satu suap pun sudah berkah. Tapi kalau ambil satu nampan, berebut, itu namanya serakah," tutup Buya Yahya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Melihat Kemeriahan Kenduri Tumpeng Durian Raksasa di Trenggalek"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)

Hide Ads