Angeun Lada, Kuliner Warisan Budaya dari Banten yang Gurih Pedas

Angeun Lada, Kuliner Warisan Budaya dari Banten yang Gurih Pedas

Fathul Rizkoh - detikFood
Selasa, 18 Jun 2024 10:00 WIB
Angeun Lada, kuliner khas dari Provinsi Banten.
Foto: Site News
Pandeglang - Angeun lada merupakan makanan berkuah khas dari Provinsi Banten. Hidangan yang terbuat dari daging kerbau atau sapi ini sudah diakui sebagai warisan budaya tak benda (WBTb) dari Provinsi Banten sejak tahun 2016.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VIII, Lita Rahmiati menjelaskan,kuliner angeun lada diperkirakan sudah ada sejak masuknya agama Islam di Banten. Biasanya, angeun lada dihidangkan pada hari-hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha, pernikahan, sunatan, dan sebagainya.

"Angeun lada makanan khas dari Banten, warisan budaya yang harus dilestarikan," kata Lita saat dikonfirmasi detikcom, Senin (17/6/2024).

Lita menjelaskan, upaya pelestarian kuliner angeun lada terus dilakukan pihaknya. Salah satunya dengan mendokumentasikan kuliner angeun lada.

Pendokumentasian ini, kata Lita, tidak hanya fokus pada proses pembuatan angeun lada. Namun juga merekam pengetahuan dan memori masyarakat terkait kuliner angeun lada.

Angeun Lada, kuliner khas dari Provinsi Banten.Angeun Lada, kuliner khas dari Provinsi Banten. Foto: Emma Sudrajat

"Mendokumentasikan secara audio visual terkait kuliner angeun lada. Pendokumentasian ini bukan cuma terbatas pada cara membuat angeun lada saja tapi kita menggali dan merekam pengetahuan dari masyarakat, juru masak angeun lada," jelasnya.

Hasil pendokumentasian, lanjut Lita, bisa diakses melalui kanal YouTube BPK Wilayah VIII. Dokumentasinya juga ditayangkan di Museum Kepurbakalaan Banten Lama di Kota Serang.

"Setelah mendokumentasikan, ada publikasi, kadang masih ada yang nggak tau angeun lada ini makanan apa dan asalnya dari mana. Maka publikasi gencar dilakukan dan dokumentasi ini selalu kami putar setiap kali sosialisasi di kota kabupaten lain di Banten dan di kota lainnya," jelasnya.

Menurut Lita, upaya pelestarian tidak bisa hanya dilakukan oleh BPK Wilayah VIII. Ia meminta masyarakat turut serta melestarikan kuliner angeun lada.

Masyarakat, lanjut Lita, bisa terlibat dalam pelestarian ini dengan cara tetap memasak angeun lada. Upaya ini juga dilakukan BPK Wilayah VIII dengan membuat lomba memasak angeun lada di Festival Budaya Surosowan tahun lalu.

"Peran serta masyarakat juga sangat penting. Dengan masyarakat memasak, menghidangkan kepada tamu, atau menjualnya, ini salah satu bentuk dukungan pelestarian. Jadi angeun lada bisa lebih dikenal, harapannya orang-orang semakin tau angeun lada, yah sampai ada slogan main ke Banten ya harus cobain angeun lada," pungkasnya.

Mengutip situs Warisan Budaya Takbenda Indonesia Kemdikbud, angeun lada sebenarnya mirip gulai. Hidangan ini memakaibumbu rempah di antaranya daun walang, honje, cabe merah, bawang merah, dan kemiri.

Aroma daun walang yang khas menjadi pembeda angeun lada dengan sayur lainnya. Rasanya cenderung pedas (lada: Sunda) serta gurih, dengan irisan daging kecil-kecil sebesar dadu. Pada penyajiannya, lemak dan daging terlihat mengambang pada kuah angeun lada.


(sob/adr)

Hide Ads