Nasi uduk Betawi kini dijajakan dengan beragam lauk, bahkan pilihannya seperti lauk nasi rames. Namun tahukah kamu kalau begini racikan nasi uduk Betawi yang asli menurut sejarawan Betawi.
Membicarakan nasi uduk Betawi, banyak orang pasti langsung terbayang sepiring nasi gurih beraroma dengan lauk autentik seperti bihun goreng, tempe orek, sambal goreng kentang, hingga aneka semur.
Dalam perkembangannya, lauk untuk nasi uduk Betawi bahkan bertambah banyak. Malah jenisnya mirip-mirip untuk lauk nasi rames seperti bakwan udang, ikan pesmol, hingga ayam pedas manis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sekian banyak versi dan pilihan lauk nasi uduk Betawi tersebut, sebenarnya seperti apa yang asli dan autentik? Sejarawan Betawi, Yahya Andi Saputra pernah mengungkapnya pada detikfood (23/3/2021).
Racikan nasi uduk Betawi asli itu sederhana
![]() |
Yahya mengungkap racikan nasi uduk Betawi yang asli sesungguhnya sangat sederhana. Pertama, berupa nasi gurih yang dibuat dengan santan dan beberapa rempah.
Rempahnya antara lain kapulaga, cengkeh, dan sereh yang membuat aroma nasi uduk begitu wangi. Lalu Yahya juga menyoroti nasi uduk Betawi haruslah memakai beras pera, bukan beras pulen.
Ia mengatakan, "Berasnya harus yang bagus, tetapi bukan beras yang pulen. Nasi uduk asyiknya karena dimakan nggak pulen. Kalau beras itu kayak beras pera."
Untuk lauknya, nasi uduk Betawi autentik biasanya hanya memakai irisan telur dadar, taburan bawang goreng, dan emping. Lalu dilengkapi kemangi segar sebagai pendamping sambal.
Jenisnya sambalnya ada 2, yaitu sambal kacang dan sambal terasi. Menurut Yahya, praktik makan nasi uduk Betawi dimana daun kemangi dicocol ke sambal itu sudah dari dulu.
Semur Betawi merupakan pengaruh kuliner Belanda
![]() |
Nasi uduk Betawi punya lauk ikonik berupa semur, bisa semur tahu, semur jengkol, semur daging, hingga semur kentang. Menurut Yahya, kuliner manis gurih ini bukan asli Betawi, melainkan pengaruh kuliner Belanda yang datang ke Nusantara sekitar abad ke-16.
Ia mengatakan sebelum Belanda datang, nasi uduk sebenarnya sudah ada. "Adapun Belanda barangkali mempengaruhi varian lauk nasi uduk Betawi seperti semur," jelasnya.
Dari berbagai jenis semur yang ada, dua yang paling populer menurutnya adalah semur jengkol dan semur tahu. Yahya lalu menjelaskan proses masak semur Betawi.
Semuanya dimasak bersamaan dengan bumbu dan rempah, kecuali bahan-bahan yang memang perlu diolah lebih dulu. Misalnya pada kentang yang harus direbus dulu agar empuk.
Menurut Yahya, nasi uduk Betawi zaman sekarang yang banyak memakai tambahan banyak lauk bukanlah racikan autentik. Namun menurut dia, menikmati nasi uduk Betawi dengan berbagai lauk tidak masalah karena semua kembali pada selera masing-masing penikmatnya.
Baca halaman selanjutnya untuk tahu sejarah nasi uduk Betawi.
Nasi uduk Betawi sudah ada sebelum Islam masuk Nusantara
![]() |
Yahya juga menjelaskan pada detikfood soal kedudukan nasi uduk yang agung. Sebab zaman dulu, nasi uduk menjadi salah satu makanan yang disajikan saat ada upacara, seperti upacara bikin perahu baru atau melepas perahu baru.
Kegiatan upacara seperti itu sudah ada sejak sebelum Islam masuk ke Nusantara, diperkirakan pada abad 12-13.
Yahya menambahkan, "Nasi uduk merupakan kuliner atau masakan yang selalu ada pada upacara-upacara. Salah satu upacara sebelum Islam masuk itu disebut baritan."
Bisa dibilang nasi uduk merupakan bagian dari sesajen sejak zaman dahulu. Hal ini diperkuat dengan penuturan Yahya soal asal-usul kata 'uduk' pada 'nasi uduk'.
Ia menjelaskan, 'uduk' berasal dari kata 'kedudukan' karena nasi uduk disebut sebagai simbol kedudukan. Nasi uduk hadir pada berbagai upacara, contohnya seperti upacara melepas perahu ke laut yang diadakan orang dengan kedudukan tinggi.
Kehadiran nasi uduk Betawi juga tak dapat dilepaskan dari cerita Jakarta yang dulu ditumbuhi banyak pohon kelapa. Seperti diketahui, bahan utama pembuatan nasi uduk adalah santan kelapa.
"Jakarta dari dari zaman dahulu kala, namanya Kota Bandar. Berkembang ketika abad 12-13, ketika kerajaan Sunda menduduki Bandar Kelapa, maka namanya Bandar Sunda Kelapa," jelas Yahya.
"Kawasan pesisir ini banyak ditumbuhi pohon kelapa. Adapun kemungkinan besar, serap menyerap pengetahuan, transmisi pengetahuan, tradisi masak-memasak (nasi uduk) itu didapat dari pergaulan antara suku Melayu, Sunda, Jawa, dan bangsa-bangsa yang datang ke sini," tutup Yahya.