Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!

Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Selasa, 20 Feb 2024 16:00 WIB
Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!
Foto: South China Morning Post
Jakarta -

Jepang identik dengan sushi, tapi kini popularitas onigiri disebut-sebut meroket hingga menyainginya. Gerai onigiri pun diantre hingga berjam-jam. Begini kisahnya!

Sushi dan onigiri punya kesamaan yaitu sama-sama dibuat dari nasi dan rumput laut sebagai pembungkusnya. Namun bentuk dan isian keduanya bisa jadi berbeda.

Selama ini sushi bisa dibilang lebih populer dibanding onigiri. Orang-orang di luar Jepang pun lebih mengasosiasikan Jepang dengan sushi ketimbang onigiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun setelah pandemi Covid-19, popularitas onigiri meroket di dalam negeri hingga di luar Jepang. Mengutip South China Morning Post (19/2/2024), hal ini karena makan onigiri dianggap lebih praktis dan harganya relatif lebih murah dibanding sushi.

Gerai onigiri diantre 8 jam di Jepang

Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!Onigiri Bongo di Tokyo menuai antrean panjang. Foto: South China Morning Post

Sejak lebih dari 1.000 tahun, onigiri sudah dinikmati di Jepang. Panganan ini pun mudah ditemui di minimarket hingga restoran di sana. Namun belakangan, muncul gerai-gerai spesialis penyaji onigiri.

ADVERTISEMENT

Salah satunya Onigiri Bongo di Tokyo. Sehari-hari gerai onigiri ini menuai antrean yang sangat panjang. "Dahulu tidak ada yang datang saat antara jam makan siang dan malam, tapi sekarang pelanggan antre tak berhenti," ucap Yumiko Ukon, wanita 71 tahun yang sudah menjalankan gerai berusia sekitar 50 tahun ini.

Menurut Ukon, beberapa pelanggan rela antre hingga 8 jam. Mereka menantikan kelezatan onigiri yang terdiri dari 60 jenis di sini. Isiannya beragam, dari yang tradisional seperti acar plum, hingga yang kekinian seperti bacon dengan kecap asin.

Onigiri Bongo hanya mampu menampung 9 pelanggan di gerainya, tapi peminat untuk beli bawa pulang sangat banyak. Buktinya mereka dapat menjual sekitar 1.200 buah onigiri setiap hari.

"Ketika saya muda, onigiri adalah makanan yang mudah kamu buat sendiri di rumah. Namun sekarang orang-orang beli onigiri, atau keluar makan mencari onigiri," lanjut Ukon.

Gerai onigiri buka di Paris hingga masuk Michelin Guide

Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!Omusubi Gonbei di New York jadi incaran. Foto: South China Morning Post

Popularitas onigiri juga sampai ke luar negeri. Buktinya, gerai onigiri bernama Omusubi Gonbei membuka cabang di luar negeri. Tepatnya di Paris dan di dekat Grand Central Station di New York.

"Onigiri adalah makanan ringan, sehat, dan mudah dimakan," kata Sean King, pelanggan 53 tahun yang baru pertama kali mencoba onigiri. Ia pun sangat senang dapat mencicipi makanan ini.

Selain itu, 'status' onigiri juga kian meningkat karena restoran onigiri tertua di Tokyo, Onigiri Asakusa Yadoroku masuk dalam daftar Michelin Guide 2019 di Jepang.

"Sejak saat itu, orang-orang yang menganggap onigiri sebagai makanan sehari-hari mulai melihatnya sebagai hidangan berkualitas," kata Yusuke Nakamura, presiden Onigiri Society Jepang.

Jumlah konsumsi onigiri meningkat di Jepang

Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!Popularitas onigiri meroket usai pandemi Covid-19. Foto: South China Morning Post

Jumlah konsumsi onigiri oleh masyarakat Jepang pun bertumbuh. Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri, pembelian onigiri dan produk beras olahan lainnya telah tumbuh sebesar 66 persen selama dua dekade terakhir di Jepang.

Pada tahun 2022, onigiri adalah makanan siap saji kedua yang paling sering dibeli di Jepang setelah kotak makan siang bento, menurut Japan Ready-made Meal Association.

Nakamura juga mengatakan jumlah gerai spesialis onigiri meningkat dengan cepat. Tren ini didorong oleh permintaan terhadap makanan yang bisa dibawa pulang (takeaway) selama pandemi Corona.

Selain itu, di tengah kondisi inflasi, masyarakat Jepang lebih memilih beli onigiri dibandingkan makanan di restoran untuk menghemat uang.

Onigiri erat kaitannya dengan nilai budaya

Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!Nasi, bahan utama onigiri dianggap persembahan bagi para dewa. Foto: South China Morning Post

Terlepas dari kenikmatan dan kepraktisan onigiri untuk dimakan, orang Jepang juga punya ikatan spesial dengan onigiri. Miki Yamada yang menjalankan bisnis onigiri bernama Warai Musubi menjelaskannya.

Dalam kepercayaan Shinto, nasi dianggap persembahan bagi para dewa. Bentuk tradisional onigiri yang segitiga juga merujuk pada pegunungan, tempat tinggal banyak dewa Shinto.

Kreasi onigiri premium

Onigiri Sedang Tren di Jepang, Orang Rela Antre hingga 8 Jam!Banyak gerai onigiri premium bermunculan. Foto: South China Morning Post

Selain yang tradisional, onigiri kini dibuat versi premium dengan paduan bahan dan topping. Alhasil warna onigiri tidak hanya putih polos, tapi juga berwarna-warni.

Unggahan foto jejeran onigiri yang menarik selera di media sosial lantas jadi salah satu alasan onigiri makin populer. Banyak orang tertarik mencobanya setelah melihat foto menarik onigiri tersebut.

Hal ini diakui Nakamura. Ia mengatakan umumnya gerai onigiri tidak beriklan secara khusus, tapi melalui unggahan gratis dari para pelanggannya.

Pembeli muda juga kian tertarik dengan onigiri premium yang dibuat dengan bahan berkualitas. Misalnya nasi yang dicampur bijian lain agar onigiri lebih bernutrisi.

Miyuki Kawarada (27), presiden Taro Tokyo Onigiri membuka dua gerai di ibu kota pada 2022. Ia menjual onigiri berkualitas tinggi dengan harga masing-masing hingga 430 yen atau sekitar Rp 44.700.

Kawarada ingin membuka lusinan gerai onigiri di luar negeri. Ia meyakini makanan ringan tersebut suatu hari dapat melengserkan sushi sebagai kuliner Jepang yang paling terkenal di luar negeri.

Onigiri bisa dibuat versi vegan, halal, dan dapat disesuaikan dengan budaya yang berbeda. "Di Jepang, dan juga di luar negeri, saya ingin memperbarui onigiri yang kuno," tutup Kawarada.

(adr/odi)

Hide Ads