Diprotes Gegara Jual Makanan Terlalu Murah, Penjual Kue Ini Terharu

Diprotes Gegara Jual Makanan Terlalu Murah, Penjual Kue Ini Terharu

Atiqa Rana - detikFood
Selasa, 06 Feb 2024 13:30 WIB
Diprotes Gegara Jual Makanan Terlalu Murah, Penjual Kue Ini Terharu
Foto: Yi Lin Sng / Facebook
Jakarta -

Penjual makanan ini terharu setelah pengunjung protes karena harga makanan yang mereka jual. Pengunjung protes bukan karena mahal, melainkan karena harganya kemurahan!

Seiring berjalannya waktu, harga-harga bahan pokok hingga makanan semakin naik. Terlebih di negara-negara yang terkena dampak inflasi, seperti di Singapura.

Harga makanan di Singapura terkenal jauh lebih mahal daripada di Indonesia. Hal ini tidak hanya menjadi masalah bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Singapura, tetapi juga menjadi perhatian warga lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga lokal banyak merasa makanan yang kerap dijual penjual di sana harganya sudah melambung tinggi. Parahnya lagi, porsinya juga menjadi semakin sedikit.

Karena hal ini, banyak pengunjung kecewa ketika membeli makan di warung atau restoran di Singapura. Namun, pengalaman pengunjung satu ini cukup berbeda.

ADVERTISEMENT

Seorang pengunjung belum lama ini protes ke penjual, tetapi bukan karena harga mahal, melainkan karena harga makanan yang dijual terlalu murah.

Melalui unggahan di Facebook, pengunjung bernama Yi lin Sng menceritakan pengalamannya saat membeli makan di salah satu gerai di Geylang East Hawker Centre, Singapura.

Yi Lin menyambangi gerai Shui Kueh yang menjual hidangan Chwee Kueh. Chwee Kueh merupakan kue beras yang dikukus dengan tambahan lobak khas Singapura.

Yi Lin memesan 4 buah chwee kueh dan tambahan satu Chye Poh (telur dadar). Total pesanannya itu S$2.20 atau sekitar Rp 25.000. Mendengar hal ini, Yi Lin terkejut.

Pembeli itu tidak menyangka jika harganya akan semurah itu. Ia pun mengkonfirmasi kembali kepada penjual apakah harganya sudah benar.

Setelah ditanya, penjual Chwee Kueh pun menjelaskan, 4 buah chwee kueh dibanderol dengan harga S$1.80 (Rp 21.000). Sedagkan tambahan chye pohnya hanya S$0.40 (Rp 4.600), lapor mustsharenews.com (03/02).

Diprotes Gegara Jual Makanan Terlalu Murah, Penjual Kue Ini TerharuPenjual ini memang hanya menjual kue tersebut dengan harga murah. Foto: Yi Lin Sng / Facebook

Jika dilihat dari daftar menu, gerai Shui Kueh memang menjual 4 buah chwee kueh seharga S$1.80 (Rp 21.000). Bisa pesan 6 sampai 8 buah juga dengan harga S$2.70 (Rp 31.500) sampai S$3.60 (Rp 42.000)

Mendengar keluhan Yi Lin, penjual chwee kueh itu terharu. Pasalnya, ia baru pertama kali mendengar ada yang protes karena menjual jajanan ini dengan harga sangat murah.

Penjual Chwee Kueh juga curhat, banyak pengunjung kecewa dengan biaya tammbahan untuk chye poh. Padahal, mereka kerap meminta disajikan dengan porsi segunung.

Yi Lin tampak kurang setuju dengan pengunjung yang protes. Meskipun chye poh hanya olahan telur dadar, tetapi menurutnya butuh waktu dan upaya untuk mengolah bahan mentah menjadi chye poh lezat.

Pembeli ini juga menyadari sikap bijaksana pedagang dalam menjaga chye poh agar selalu hangat. Untuk menjaga kehangatan makanannya juga dibutuhkan listrik yang tidak gratis.

Penjual chwee kueh ini sebenarnya sempat berpikir akan menutup gerai karena keuntungan yang sedikit. Namun, jika pola pikir pengunjung semuanya seperti Yi Lin, ia tidak perlu berpikir untuk menutup kiosnya.

Setelah kejadian ini, Yi Lin menyadari bahwa perlu ada perubahan agar budaya jajanan di Singapura dapat berubah.

Diprotes Gegara Jual Makanan Terlalu Murah, Penjual Kue Ini TerharuPenjual ini terharu karena ada yang menegur dan menganggap harga kuenya kemurahan. Foto: Yi Lin Sng / Facebook

"Kita semua tahu menjadi pedagang kaki lima itu tidak mudah," ucap Yi Lin.

"Kebanyakan dari mereka bangun pagi-pagi sekali pada pukul 02.30 untuk mempersiapkan diri menghadapi pelanggan di siang hari," lanjutnya.

Harga makanan yang meningkat memang cukup memberatkan pengunjung. Namun, di sisi penjual makanan, harga yang mereka tentukan ditujukan demi bisa mempertahankan bisnisnya.

Yi Lin mencatat, semakin banyak penjual makanan kaki lima menyerah karena usia tua dan tidak ada penerusnya. Meningkatnya biaya, termasuk biaya sewa, utilitas, dan bahan-bahan juga mempersulit pedagang mempertahankan usahanya.




(aqr/adr)

Hide Ads