Pelanggan di Malaysia kecewa setelah antre cromboloni 6 jam di toko roti. Mereka merasa diperlakukan tak adil karena stoknya malah dihabiskan oleh para jasa titip (jastiper).
Cromboloni tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di Singapura dan Malaysia. Pastry ini juga sama-sama sedang menarik perhatian. Perpaduan croissant dan bomboloni ini menarik karena pelanggan merasa penasaran dengan sensasi makan kulit croissant renyah dipadukan dengan krim luber di dalamnya.
Dengan keviralannya tersebut, cromboloni pun banyak dicari. Akhirnya beberapa toko roti atau kafe ikut menawarkan hidangan pastry ini demi menarik pelanggan. Di antara beberapa toko roti di Malaysia, terdapat salah satu yang terkenal dengan cromboloninya, namanya Loaf Adam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Loaf Adam Patisserie merupakan bakery yang menjual berbagai macam pastry, termasuk cromboloni. Saat cromboloni menjadi viral, bakery ini pun menjadi ramai pembeli. Namun antrean yang ramai ini justru menimbulkan sedikit perselisihan antar pelanggan.
Melalui unggahan video di laman X, terlihat bagaimana netizen ramai mengantre di depan salah satu cabang Loaf Adam. Tidak diketahui lokasi pastinya, tetapi kondisi toko rotinya sangat padat pembeli. Antreannya penuh dari dalam sampai ke luar.
![]() |
Terlepas dari antrean yang panjang, video ini rupanya juga menunjukkan kekecewaan pelanggan. Banyak pelanggan Loaf Adam kecewa karena tidak bisa membeli cromboloni, padahal sudah antre berjam-jam. Sebagian pelanggan sudah antre sejak pukul 08.40 pagi sampai pukul 14.40.
Sayangnya, usaha mereka antre selama 6 jam tidak membuahkan hasil. Para pelanggan kecewa dan marah karena kuantitas cromboloni di toko roti tersebut rupanya lebih banyak diberikan kepada para 'personal shpopper' atau kini sering disebut jastiper (jasa titip).
Personal Shopper diperbolehkan membeli cromboloni sepuasnya, tanpa batas maksimal. Sedangkan, pelanggan biasa hanya boleh maksimal beli dua buah cromboloni.
![]() |
Melihat peraturan seperti ini, jelas pelanggan lain kecewa. Mereka merasa diperlakukan tidak adil karena dari awal sudah antre tetapi tidak disisakan cromboloninya dan hanya diperbolehkan beli 2.
Dalam video juga terlihat situasi yang cukup menegangkan. Pelanggan yang sudah antre tetapi tidak mendapat cromboloni kesal dan tampak melakukan protes. Adapun sedikit keributan antar pelanggan di sana.
Unggahan video ini telah ditonton oleh 1 juta akun di X dan dibanjiri komentar beragam dari netizen.
Seorang netizen merasa heran dengan sikap orang Malaysia yang seperti tidak bisa melewatkan hal-hal viral seperti ini.
"Orang Malaysia ni auto jadi bodoh kalau dengan benda-benda viral gini...Apakah akan mati kalau gak makan ini?" ujarnya.
Netizen lain juga memberi komentar serupa, "Satu saja memangnya tidak cukup, yang antre nih seperti gak ada makanan lain, banyak banget orang yang jadi hamba makanan."
![]() |
Sedangkan netizen lain mengungkap, "Saya pun ingin ngerasain juga, tapi jika melihat peraturan kayak gini dan ada personal shopper, saya rasa biarlah nunggu setahun sampai sedikit reda baru rasain. Antrean yang panjang membuat saya langsung ingin balik."
Melihat kekacauan di bakery Loaf Adam terkait sistem pembelian, beberapa netizen membandingkannya dengan sistem pembelian di toko roti lain yang menurutnya lebih rapi.
Salah satu netizen memuji ketertiban peraturan yang dibuat pemilik Ovent di Alor Setar. Menurutnya sistem Ovent lebih baik karena telah memberi peringatan dari awal jika setiap hari buka dan hanya jualan cromboloni 3 kali. Setiap waktu hanya menyediakan 50 buah dan setiap customers hanya boleh pesan 2 buah.
Dengan pemberitahuan itu, netizen ini merasa pelanggan jadi lebih tertib karena mereka tahu jam berapa datangnya dan tidak perlu menunggu atau antre lama.
Netizen lain juga tampak memberi sindiran kepada toko roti Loaf Adam ini karena sistem yang tidak jelas. Menurut netizen ini, pemilik seharusnya punya rasa hormat dengan tidak membiarkan pelanggan berdiri berjam-jam.
Belum diketahui situasi lanjutan dari keributan di toko roti tersebut. Namun, jika dilihat dari kolom komentar, banyak netizen yang rupanya juga kurang suka dengan sistem yang dibuat toko roti ini. Mereka seperti berharap toko roti itu bisa mengubah sistem yang lebih tertib dan tidak merugikan pelanggan.
Di sisi lain, beberapa netizen juga menyarankan agar masyarakat tidak perlu terlalu FOMO (Fear of missing out) jika belum ikut mencoba makanan yang sedang viral.
(aqr/adr)