Banyak rahasia gelap di industri makanan yang jarang diketahui umum. Seperti penghargaan restoran bergengsi, sampai menggunakan budak anak-anak di perkebunan cokelat.
Sama seperti industri lainnya, industri makanan memiliki banyak rahasia sampai kisah yang jarang diketahui orang-orang. Kisah-kisah ini biasanya ditutupi atau hanya segelintir orang yang mengetahuinya.
Misanya seperti penghargaan bergengsi Michelin Stars yang ternyata dianggap sebagai kutukan oleh beberapa pihak. Begitu juga dengan fakta bahwa daging buatan lab ternyata tidak sesehat daging asli, sampai perbudakan anak-anak di bawah umur untuk bekerja di kebun cokelat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari List Verse (26/10), berikut beberapa rahasia gelap dari industri makanan dan restoran.
1. Michelin Star Dianggap Kutukan
Michelin Star merupakana penghargaan bergengsi dan tertinggi di industri restoran. Tak semua restoran bisa mendapatkan bintang dari Michelin Star, karena ada banyak kriteria sampai kualitas makanan yang harus dipenuhi chef dan restoran tersebut.
Namun siapa yang menyangka, bagi sebagian orang yang bekerja di industri restoran, Michelin Star ini lebih dianggap sebagai kutukan. Karena setiap penghargaan Michelin yang masuk ke sebuah restoran, para chef dan pegawai di sana harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan gelar tersebut.
Tak heran banyak chef yang bekerja di bawah tekanan karena pihak Michelin sering melakukan inspeksi mendadak. Pada akhirnya beberapa restoran memutuskan tutup atau menuntut Michelin, jika mereka kehilangan bintang dari pihak Michelin.
2. Daging Lab Tidak Sehat
![]() |
Selama beberapa tahun terakhir, daging buatan lab atau dikenal sebagai lab-grown meat digadang-gadang menjadi sumber protein alternatif. Fungsi daging lab ini bertujuan untuk mengurangi limbah peternakan, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih ramah untuk para hewan.
Namun untuk menciptakan daging lab, dibutuhkan banyak bahan-bahan kimia. Salah satunya ada bovine serum atau FBS. FBS sendiri biasanya digunakan untuk mengeluarkan janin sapi ketika sapi disembelih.
Selain itu dibutuhkan banyaknya peralatan mahal untuk menciptakan daging lab, yang menyebabkan penggunaan energi dan karbon dioksida yang 25 kali lebih banyak ketimbang peternakan sapi reguler.
3. Perbudakan Anak di Bawah Umur
![]() |
Hampir sebagian besar pasokan biji kakao berasal dari Afrika Barat, tepatnya di Ivory Coast yang menyumbang sekitar 45% pasokan kakao di dunia. Di balik gemerlap dan modernnya industri cokelat, ternyata masih ada sistem perbudakan di industri ini.
Sistem ini bisa dilihat di perkebunan kakao yang ada di Afrika Barat. Kebanyakan warga di sana berprofesi sebagai petani dan buruh di kebun cokelat. Para petani dan buruh ini kemudian mulai mengajak anak-anak mereka yang masih di bawah umur untuk ikut bekerja, demi mendapatkan uang tambahan.
Bahkan ada banyak anak-anak berusia sepuluh tahun yang harus banting tulang bekerja di perkebunan kakao ini. Di tahun 2009, ada survei yang dikeluarkan Tulane yang menunjukkan kebanyakan pekerja tidak diperbolehkan pulang. Mereka juga mengalami kekerasan fisik serta gaji yang jarang dibayar.
4. Pakai Makanan Frozen
![]() |
Ketika ke restoran, pelanggan pastinya berekspektasi mendapat makanan yang berkualitas. Mulai dari rasanya hingga keamanan makanan tersebut.
Sayangnya, tidak semua menu makanan di restoran merupakan kreasi langsung dari chef mereka. Beberapa restoran juga kerap menyiapkan menu yang diambil dari frozen food.
Seorang mantan chef membagikan pengalamannya saat bekerja di restoran. Restoran tempatnya bekerja mengklaim menyajikan makanan dari pertanian langsung atau 'from farm to table'.
Salah satu menu andalan mereka adalah pie lemon. Sayangnya, pie lemon ini tidak dibuat dari bahan-bahan segar. Eks chef itu mengungkap mereka mengambil pie lemon dalam bentuk frozen dari sebuah distributor.
Kemudian akan ditambah dengan beberapa potong stroberi dan blueberry, dan ditambah whipped cream diatasnya agar lebih cantik.
"Menu taco ikan segar juga merupakan produk makanan beku yang diambil dari distributor," pungkasnya.
5. Rahasia Harga Restoran AYCE
![]() |
Harga yang ditawarkan dalam restoran All You Can Eat (AYCE) biasanya terkesan mahal. Namun, harga yang mahal itu ditujukan untuk menciptakan persepsi bahwa menunya berkualitas.
Hal tersebut seperti yang ditunjukkan oleh sebuah studi yang melakukan eksperimen di restoran prasmanan makan siang di AYCE di Italia, lapor Mashed.com.
Pengunjung di sana dikenakan biaya Rp 57.000 untuk pizza, sementara yang lain harus membayar Rp 115.000 untuk hidangan yang sama. Mereka yang membayar lebih mahal akan merasa makanan yang dibeli mereka lebih berkualitas.