Belum lama membuka restoran miliknya, pria ini menangis sedih. Tak ada satu pun pelanggan yang datang bahkan setelah dipromosikan secara online.
Menjalani bisnis akan terasa menyulitkan di awalnya. Terutama ketika bisnis yang dijalankan belum memiliki nama besar seperti restoran-restoran lain.
Tugas besar pemilik restoran adalah melakukan promosi terbaik untuk mengundang banyak orang yang datang. Seorang pria pemilik restoran bahkan sampai menangis sedih karena bisnisnya tak laku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melakukan berbagai cara untuk menjalankan bisnisnya, ia berusaha keras mempromosikan restorannya pada media sosial. Ternyata hasil promosinya membuat ia lebih terpuruk.
Baca juga: Pesan Menu Tahu, Pelanggan Ini Kena Getok Harga Rp 75 Ribu
![]() |
Restoran bernama Tapa di Bollington, Cheshire dilaporkan mengalami kerugian oleh Mirror (12/9). Restoran yang dimiliki pria bernama Scott Oliver seharusnya mampu menampung 60 orang dalam satu waktu.
Tetapi beberapa waktu terakhir restorannya sepi pengunjung bahkan tak ada satupun yang datang ke sana. beban seperti biaya listrik dan gaji pekerja tetap harus ditanggung oleh ayah anak satu berusia 30 tahun ini.
Scott bahkan mengaku depresi untuk mencari cara mendatangkan lebih banyak pelanggan ke restorannya. Ia pernah mengunggah pada media sosial memohon kepada pelanggan untuk datang dan makan di restorannya.
"Kami membutuhkan orang-orang yang mau datang dan membantu kami untuk bertahan. Mungkin ini terdengar seperti cara buruk untuk menggunakan media sosial. Tetapi kalian pasti tahu tujuanku," ungkap Scott.
![]() |
Scott mengungkapkan hatinya tak hanya terpuruk saat restorannya sepi. Tetapi melihat pekerjanya hanya berdiam diri lebih terasa membebaninya.
"Ini sangat mematahkan hatiku melihat mereka yang ada di dapur. Aku tidak ingin mereka selalu bersiap-siap setiap hari untuk tiada pekerjaan yang dilakukannya," ungkap Scott.
Awalnya Scott tidak ingin mengunggah status apapun di media sosial. Menurutnya cara yang akhirnya dilakukan adalah bukti dari kegagalan dirinya mengelola dan mempertahankan sebuah bisnis.
Tetapi Scott menelan harga dirinya demi menyelamatkan restoran juga para pekerja yang menyandarkan hidup pada pekerjaannya. Bahkan jika ia terpaksa mengamen di jalanan demi mempromosikan bisnisnya, Scott rela melakukannya.
(dfl/odi)