Pria Ini Tinggalkan Bisnis Keluarga, Pilih Jadi Petani Pisang

Pria Ini Tinggalkan Bisnis Keluarga, Pilih Jadi Petani Pisang

Sonia Basoni - detikFood
Kamis, 03 Agu 2023 18:30 WIB
Pria Ini Tinggalkan Bisnis Keluarga, Pilih Jadi Petani Pisang
Foto: Site/Mothership
Jakarta -

Pria ini memutuskan berhenti meneruskan bisnis keluarga. Ia malah beralih menanam pisang dan menjadi petani pisang di usia muda.

Keluarga pria bernama Huang Ren Yi punya bisnis cetak foto yang masih berjalan. Alih-alih melanjutkan bisnis tersebut, ia justru lebih tertarik untuk mengembangkan usahanya sendiri sebagai petani pisang.

Dilansir dari Mothership (03/08), petani pisang berusia 30 tahun ini memutuskan untuk keluar dari bisnis keluarganya.Ia merasa sulit untuk mengatur bisnis yang masih berhubungan dengan keluarganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya setelah menyelesaikan pendidikannya, Huang pergi ke Taiwan untuk belajar tentang pertanian. Dari sini dia mulai tertarik untuk menanam pisang.

Pria Ini Tinggalkan Bisnis Keluarga, Pilih Jadi Petani PisangPria Ini Tinggalkan Bisnis Keluarga, Pilih Jadi Petani Pisang Foto: Site/Mothership

Ketika kembali ke Johor, dirinya bekerja untuk perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan pertanian. Akhirnya ia memutuskan untuk memulai pertaniannya sendiri.

ADVERTISEMENT

Dia khusus menanam pisang jenis Cavendish dan Berangan, karena jenis ini yang paling populer dan digemari di Singapura. Letak Singapura yang dekat dari Johor, membuat Huang menjual hasil panennya untuk diekspor ke sana.

Di lahan seluas 36 hektar dia memulai karirnya sebagai petani pisang. Butuh waktu sekitar 75-80 hari sejak pohon pisang mulai berbuah sampai siap dipanen.

"Kantong plastik ini gunanya untuk melindungi pisang dari hama yang merusak kulit pisang. Selain itu untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, yang membuat kulit pisang menjadi gelap, dan mempengaruhi harga jual," ungkap Huang.

Pria Ini Tinggalkan Bisnis Keluarga, Pilih Jadi Petani PisangPria Ini Tinggalkan Bisnis Keluarga, Pilih Jadi Petani Pisang Foto: Site/Mothership

Meski menjadi petani pisang,ia bersungguh-sungguh menjalani pekerjaannya. Dia merawat setiap pohon pisang yang ditanamnya dengan hati-hati. Bahkan setelah pisang selesai dipanen, dia akan membilas setiap sisir pisang untuk membasuh getah dan kotoran sebelum dijual.

"Mirip seperti mengurus bayi. Pisang ini tidak boleh tergores, harus hati-hati saat merawatnya," sambung Huang.

Jika pisangnya tidak bagus atau kulit pisang yang tak sempurna, tentu akan mempengaruhi kualitas serta harga jual pisangnya.

Untuk pisang dengan Grade A (terbaik), kisaran harganya di angka RM 2.20 (Rp 7.500) per kilogram . Sementara untuk pisang Grade B kisaran harganya lebih rendah sekitar RM 1.50 (Rp 5.000) per kilogramnya.

"Untuk pertanian ini kami benar-benar mengandalkan cuaca saja. Karena tidak ada lagi yang bisa kami lakukan," sambung Huang.

Meski begitu, ia mengaku lebih bahagia dan senang ketika menjadi petani. Dibandingkan saat dirinya harus bekerja di bisnis milik keluarga yang membuatnya stres.

"Jika saya merawat dan memperlakukan pohon pisang dengan baik, mereka akan memberikan saya buah sebagai imbalannya. Tidak seperti manusia, pohon tidak akan mungkin mencurangi saya," pungkas Huang.

Kini kebun pisangnya terbuka untuk umum. Pengunjung bisa mengikuti tur perkebunan pisang ini di waktu yang ditentukan. Tak hanya pisang, Huang pun menanam pepaya, durian hingga peternakan udang.

Harga tiket tur perkebunan ini mulai dari SGD 30 (Rp 340.000) hingga SGD 40 (Rp 452.000) per orang.




(sob/odi)

Hide Ads