Gegara jual kopi terlalu murah, pemilik kedai ini diprotes oleh pelanggannya. Ia juga dipaksa untuk menaikkan harga kopi yang disajikannya.
Penjual yang menawarkan harga murah biasanya justru diserbu oleh pelanggannya. Tetapi ada kisah berbeda yang datang dari sebuah kedai kopi tradisional di Singapura.
Sebuah kedai legendaris diprotes oleh pelanggannya. Alasannya bukan karena racikan kopi atau tehnya yang berubah melainkan harganya yang terlalu murah sejak mereka membuka kedainya hingga kini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak pelanggan yang khawatir dengan inflasi harga bahan-bahan makanan dan berujung membuat pemilik kedai merugi. Pelanggannya merasa iba karena segelas kopi dengan ukuran besar harganya bahkan tak sampai Rp 10.000.
Baca juga: Hangat Empuk! 20 Bakpao Kaki Lima Rp 3 Ribuan Ada di Sini
![]() |
Sebuah kedai kopi dan teh yang berada di pusat toko kelontong ini dilaporkan oleh Must Share News (25/6) mendapat protes dari pelanggan setianya. Kedai yang berada di Jalan Benaan Kapal, Blok 56, Kallang, Singapura ini sebenarnya adalah kedai legendaris yang sudah berusia 55 tahun.
Tetapi sejak lama mereka menjual teh dan kopi dengan harga Rp 6.600 per cangkirnya. Harga tersebut juga dipatok untuk kopi hitam atau teh tawar dengan ukuran gelas yang besar.
Para pelanggan yang datang merasa khawatir karena inflasi bahan makanan di Singapura yang akan membuat pemilik kedai merugi. Mereka juga menyebut siap membayar lebih mahal karena harga yang kini ditawarkan juga terlalu murah.
Jika memesan minuman hangat dengan cangkir kecil, harganya hanya Rp 5.500 untuk setiap jenis minuman yang dipesan. Selain teh dan kopi hangat, kedai ini juga menawarkan camilan berupa kue jadul yang harga murah meriah.
![]() |
Menurut pemiliknya yang bernama Yang Zhonghe (74) harga tersebut memang tak pernah berubah sejak 20 tahun silam. Tetapi dua bulan yang lalu, Yang mengaku telah menaikkan harga walaupun hanya Rp 1.100.
Alasan Yang menaikkan harga disebut karena peningkatan harga susu dan beberapa bahan untuk meracik minuman. Ternyata menurut para pelanggannya adalah hal yang wajar jika Yang menaikkan harga hingga 2 atau 3 kali lipat.
Salah satu alasan Yang tidak menaikkan harga kopi atau tehnya adalah karena mereka tidak perlu membayar pekerja. Yang mencuci dan membersihkan sendiri meja hingga peralatan yang digunakan untuk melayani pelanggannya.
Salah satu pelanggannya yang mengaku selalu datang setelah bersepeda pun mengaku bingung dengan harga murah yang ditawarkan. Pelanggan berusia 64 tahun itu juga protes karena harga seporsi roti panggang dan telur serta kopi hanya dibanderol Rp 25.500.
(dfl/odi)