Meski Jadi Tren, 7 Bahan Makanan Ini Dinilai Berlebihan oleh Chef!

Andi Annisa Dwi R - detikFood

Rabu, 31 Mei 2023 10:30 WIB

Mewah Makanan Berlapis Emas 24 Karat, tapi Haram Dikonsumsi Muslim — Foto: iStock

Jakarta -

Deretan bahan makanan ini terbilang tren, tapi chef menilai rasa atau kualitasnya tak sepadan. Mulai dari truffle oil hingga susu oat, begini penilaian para chef.

Tak bisa dipungkiri, tren makanan silih berganti. Beberapa bahan makanan bahkan jadi sangat populer sehingga mudah ditemui dimana-mana.

Sebut saja makanan dengan pelengkap emas yang bisa dimakan (edible gold) hingga susu oat (gandum) yang jadi paduan populer untuk kopi belakangan ini. Meski makanan ini terbilang tren atau hits, nyatanya beberapa chef punya penilaian berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka merasa bahan makanan ini dinilai terlalu berlebihan oleh banyak orang, padahal tak seistimewa itu. Alasannya beragam, mulai dari kualitas hingga rasa yang sebenarnya biasa saja.

Mengutip Eat This, Not That (25/5), inilah 7 bahan makanan hits yang dianggap sangat berlebihan oleh chef:

1. Truffle oil

Foto: iStock

Beberapa tahun belakangan ini truffle oil alias minyak truffle amat populer. Minyak dengan aroma dan rasa jamur truffle yang khas ini ditambahkan ke berbagai hidangan, mulai dari pasta hingga kentang goreng.

Namun menurut chef Dave White dari serial TV Below Deck Mediterranean, minyak truffle adalah bahan makanan menjijikkan dan terlalu berlebihan. Rasanya dinilai "menghina" jamur truffle asli.

Hal serupa juga disampaikan chef Donald Young yang bekerja di restoran berbintang Michelin. "Saya pribadi tidak suka rasanya, tetapi beberapa orang suka ketika ditambahkan ke beragam hidangan. Minyak truffle tidak pernah sama seperti jamur truffle asli," katanya.

Penelusuran The New York Times tahun 2007 mengungkap sebagian besar minyak truffle bahkan tidak dibuat dengan jamur truffle asli. Minyak ini dibuat dengan bahan sintetis 2,4-dithiapentane yang meniru rasa truffle asli.

2. Emas yang bisa dimakan

Foto: REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Penggunaan edible gold leaf atau lembaran emas yang bisa dimakan juga masih tren. Kehadiran emas dianggap bisa memberikan kesan mewah secara instan untuk hidangan gurih maupun manis.

Chef Young mengatakan penggunaan edible gold leaf memang bisa memberikan kesan mahal dan mewah, tapi sebenarnya bahan makanan ini tidak menambah rasa atau tekstur apapun untuk makanan. "Kecuali harga mahal untuk sebuah hiasan," katanya.

3. Microgreens

Budidaya microgreens yang dilakukan oleh Mina di Kota Malang

Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim

Pencinta salad atau sayuran pasti sudah tidak asing dengan microgreens. Biasanya ragam sayuran mungil ini dijadikan isian salad, topping pizza, hingga roti panggang alpukat.

Namun menurut chef Bin Lu di Washington, microgreens tak ubahnya pemberi warna dalam hidangan saja. "Microgreens tidak memberi rasa, hanya berupa bahan pelengkap hidangan saja," jelasnya.

Secara teknis, microgreens adalah sayuran yang dipanen dalam usia sangat muda yaitu 7-14 hari setelah semai. Tingginya kira-kira 2,5 hingga 7,5 cm saja. Jenisnya ada dari keluarga Brassicaceae hingga Cucurbitaceae.

4. Ikan kalengan

Foto: Getty Images/iStockphoto/digicomphoto

Jika charcuterie-style board biasanya diisi keju, daging, hingga roti, belakangan juga muncul ikan kalengan. Ragam produk ikan kalengan seperti tuna, sarden, dan lainnya akan disusun di atas nampan kayu bergaya Prancis.

Chef Morgan Jarrett dari New York menyebut hidangan ini berlebihan. "Sebut saja ikan kalengan dalam kemasan baru yang menggemaskan," katanya. Ia bahkan menyebut hidangan ini menjijikkan.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

5. Kembang kol

Fakta Nasi Kembang Kol dan Cara Membuatnya

Foto: Getty Images/iStockphoto

Belakangan kembang kol digandrungi sebagai substitusi sumber karbohidrat yang disebut "rendah karbohidrat". Nasi, pizza, hingga pasta, banyak dibuat dari campuran sayuran ini

Namun tak semua orang menggemarinya, termasuk chef Jarret. Ia menilai kalau kembang kol sebagai alternatif bahan makanan rendah karbohidrat terlalu diglorifikasi. "Tren ini tidak akan kemana-mana dan saya bosan dengan rasanya. Apakah Anda tidak" katanya.

6. Susu gandum

Oat milk in glass and jar on wood background, copy space

Foto: iStock

Susu gandum atau oat milk juga tengah naik daun. Banyak kafe menjadikannya campuran kopi yang diyakini banyak orang lebih sehat dari susu sapi (Dairy).

Jenis susu ini juga diklaim lebih ramah lingkungan karena dalam proses produksinya menghasilkan emisi karbon yang lebih sedikit, tapi chef Jarrett menyoroti bahan campuran pada susu gandum kemasan. Menurutnya ada banyak ketidakjujuran produsen dalam produk ini.

"Saya hampir selalu menemukan minyak rapeseed sebagai bahan campurannya. Minyak ini adalah sumber omega-6 yang diproses tinggi sehingga dapat memicu inflamasi (peradangan)," katanya.

7. Quinoa

Quinoa with Brown Rice in a Cast Iron Pan.

Foto: iStock

Satu lagi bahan makanan yang dinilai berlebihan oleh chef. Adalah quinoa yang digadang-gadang sebagai superfood.

Chef Norah Clark dari Yummy Taste Food mengatakan quinoa sering kali dimasak dengan tidak tepat sehingga menghasilkan tekstur yang lembek dan benyek. "Bijian lain seperti farro atau buckwheat sebenarnya menawarkan nilai nutrisi serupa dengan rasa dan tekstur yang lebih serba guna," jelas Clark.