Banyak makanan terlihat enak, namun proses pembuatannya mengerikan. Misalnya menggunakan bahan tak biasa hingga proses yang terdengar menyeramkan.
Mendengar chicken nugget, burger vegan, atau daging sapi muda (veal) mungkin bikin banyak orang tergiur. Namun reaksi ini bisa jadi berubah ketika seseorang tahu proses membuat hidangan yang sebenarnya.
Tak banyak orang tahu kalau sebuah hidangan bisa dibuat dengan bahan atau cara mengerikan. Alhasil, ketika mengetahuinya, beberapa orang enggan melahap makanan itu lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebut saja chicken nugget yang ternyata tidak dibuat dari 100% daging ayam hingga permen karet yang menggunakan bahan dari kelenjar di kulit domba.
Berikut detikfood merangkum informasi 7 makanan enak yang cara membuatnya mengerikan seperti dikutip dari Mashed (22/5):
1. Hot dog
Hot dog dibuat dari sosis sebagai bahan utamanya. Pembuatan sosis inilah yang jadi sorotan karena umumnya bukan dari 100% daging. Sosis dibuat dari gabungan potongan berbagai daging dan bagian lain dari sapi, babi, atau ayam.
Konon semakin murah hot dog, maka semakin besar kemungkinan sosisnya dibuat dari gabungan berbagai jenis bagian hewan. Biasanya termasuk kulit, lemak, dan tulang rawan hewan. Belum lagi tambahan pati dan bumbu untuk membuatnya sebagai sosis yang umum kita kenal.
2. Chicken nugget
![]() |
Di balik rasanya yang nikmat, proses pembuatan chicken nugget juga mirip hot dog dimana bukan dari 100% daging ayam. Beberapa penelitian menunjukkan chicken nugget banyak dibuat dari jaringan otot ayam.
Di dalamnya juga ada campuran jenis gula bernama maltodextrin dan sodium fosfat. Baru setelahnya adonan chicken nugget dilapisi tepung, digoreng, dan bisa dinikmati.
3. Impossible Burgers
Belakangan tren makanan nabati bermunculan. Burger pun dibuat versi vegan-nya, termasuk oleh Impossible Burgers. Patty daging diganti dengan protein nabati mengandung heme yang berfungsi membuat 'daging' vegan itu berwarna merah.
Heme yang dipakai berasal dari kacang kedelai, dimasukkan ke ragi spesifik yang direkayasa secara genetik. Patty vegan ini lalu digabungkan dengan protein gandum berstruktur, pengemulsi, dan penstabil demi meniru patty asli. Jadi, burger yang dihasilkan mungkin vegan, tapi prosesnya tak benar-benar alami.
4. Kani atau crabstick
![]() |
Penggemar sushi, hot pot, atau hidangan berkuah lain, mungkin tidak asing dengan kani. Nama lainnya adalah crabstick atau kepiting imitasi. Kani sering keliru dianggap daging kepiting asli, padahal bukan.
Kani tidak dibuat dari daging kepiting sama sekali, tetapi ikan murah yang dihaluskan menjadi pasta lalu dibumbui dengan gula dan garam. Biasanya juga ditambahkan pati, putih telur, dan minyak sayur. Untuk warna merahnya berasal dari carmine yang konon diekstrak dari serangga.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
5. Permen karet
Makanan lain yang cara buatnya menjijikkan adalah permen karet. Jenis permen yang bisa dikunyah lama ini mengandung banyak bahan, dari gliserol yang merupakan senyawa dari kayu, hingga sorbitol yang merupakan pemanis buatan.
Namun ada bahan aditif lain yang mencengangkan. Permen karet juga dibuat dari lanolin, sekresi lilin yang diproduksi oleh kelenjar di kulit domba. Lanolin dipakai untuk memberikan tekstur permen karet yang khas. Tapi kabarnya penggunaan lanolin kerap tak dicantumkan produsen di komposisi bahan.
6. Dry-aged beef
![]() |
Dry aged-beef belakangan menjadi menu primadona di restoran steak modern. Daging dilayukan dalam ruangan dan kondisi khusus sehingga menghasilkan tekstur empuk dan rasa yang lebih kaya.
Namun tak semua orang tahu proses pelayuan daging yang sebenarnya seperti proses pembusukan yang dikontrol. Hal ini disampaikan Katie Flannery, seorang ahli daging di Flannery Beef. Ia mengatakan, pelayuan daging dibantu oleh oksigen yang memungkinkan enzim serta bakteri khusus dipecah dan mengempukkan daging.
7. Daging sapi muda (veal)
Jika di Indonesia ada kambing bawah tiga bulan (batibul) yang jamak dikonsumsi, dalam masakan Barat dikenal ada veal alias daging sapi muda (veal). Veal berasal dari anak sapi jantan berusia 6 sampai 8 bulan.
Anak sapi ini dipisahkan dari induknya sesaat setelah lahir untuk menjaga pasokan air susu induk. Tak jarang, anak sapi berakhir nahas karena hanya menghabiskan sisa hidupnya yang singkat di kandang kecil.