Mie instan asal Indonesia, Indomie Rasa Ayam Spesial, ditarik dari pasar Taiwan. Karena terdeteksi mengandung bahan berbahaya, berikut ini beberapa faktanya.
Selain olahan makanan tradisionalnya, Indomie menjadi mie instan yang melekat dengan identitas Indonesia. Rasanya yang gurih dan khas bahkan disebut menjadi salah satu mie instan terenak di dunia. Karena Indomie juga dipasarkan di beberapa negara Asia
Beberapa hari lalu diketahui Indomie Rasa Ayam Spesial ditarik dari peredarannya di Taiwan. Produk Indomie tersebut terdeteksi mengandung bahan berbahaya dengan kadar melampaui batas aman yang ditetapkan oleh kebijakan setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi ini langsung membuat gaduh penikmat setia Indomie yang mengkhawatirkan kesehatan. Tetapi apakah produk Indomie Rasa Ayam spesial di Taiwan sama dengan yang beredar di Indonesia?
Baca juga: Nyamm! 5 Nasi Lidah Empuk dan Gurih Ini Cocok Untuk Makan Siang
Berikut ini 5 fakta penarikan Indomie di Taiwan yang dirangkum melalui beberapa sumber:
![]() |
1. Mengandung Etilen Oksida
Beberapa waktu lalu, produk mie instan asal Indonesia yang disoroti oleh pihak BPOM Taiwan. Produk tersebut merupakan Indomie Rasa Ayam Spesial yang juga populer digemari masyarakat Taiwan.
Hal ini diikuti dengan pernyataan yang menyebut ada kandungan Etilen Oksida (EtO) yang berasal dari residu penggunaan pestisida. BPOM Taiwan menyebutkan mereka tidak memperbolehkan adanya kontaminasi EtO pada produk pangan.
Penemuan tersebut didapatkan melalui metode analisis penentuan 2-Chloro Ethanol (2-CE). Hasilnya kadar EtO yang ditemukan pada produk Indomie: Rasa Ayam Spesial yang beredar di Taiwan sebesar 0,187 ppm atau setara dengan kadar 2-CE sebesar 0,34 ppm.
2. Pemicu Kanker
Etilen Oksida yang terkandung pada Indomie ini disetujui oleh seluruh BPOM di negara-negara di dunia sebagai salah satu bahan karsinogenik yang dapat menyebabkan risiko kanker. Tetapi risiko kanker yang ditimbulkan hanya berasal dari konsumsi EtO yang melebihi batas aman yang telah ditentukan oleh setiap negara sesuai kebijakannya masing-masing.
Tetapi secara resmi Etilen Oksida ini belum ditetapkan batas minimal residunya oleh World Health Organization (WHO). Bahkan Codex Allimentarius Commission (CAC) sebagai organisasi internasional di bawah WHO/FAO menyerahkan sepenuhnya pembatasan EtO kepada kewenangan pemerintah setempat.
Di negara-negara Eropa, EtO dibatasi pada kadar 0,5 miligram/kilogram produk makanan. Di Indonesia, Amerika Serikat dan Australia menetapkan kadar batas maksimal residu EtO sebesar 86 ppm atau setara dengan 0,82 milligram/kilogram.
Fakta lainnya ada di halaman berikutnya.
Baca juga: Pewarna Makanan dari Serangga Halal atau Haram? Ini KataMUI
Simak Video "Aneka Gorengan Khas Taiwan yang Gurih Renyah"
[Gambas:Video 20detik]