Seorang penjual rujak di Singapura ini memutuskan untuk berhenti berjualan. Hal ini terjadi karena harga bahan baku naik, sementara jualannya sepi pembeli.
Banyak warung makan atau penjual makanan yang memutuskan untuk berhenti karena berbagai macam faktor. Namun salah satu faktor yang sering terjadi karena jualan mereka yang kurang laku sehingga penghasilannya pun tidak cukup untuk membalikkan modal maupun untuk biaya sehari-hari.
Salah satu penjual makanan yang belum lama memutuskan untuk berhenti yaitu penjual rujak di Singapura ini. Melansir stomp.straitstimes.com (26/01), penjual jajanan kaki lima bernama Andrew itu sudah mulai jualan rujak dari tahun 2021.
Sebelumnya, pria berusia 50 tahun ini bekerja sebagai sopir ojek online, khususnya bertugas untuk mengantar makanan. Namun karena ada suatu kejadian, Andrew pun beralih menjadi penjual rujak atau Rojak singapura.
Sejak mulai berjualan, setiap harinya Andrew menawarkan rojak singapura yang terdiri dari campuran sayur dan buah seperti bengkoang, timun, mangga muda, kangkung tauge yang kemudian disiram dengan saus rojak berwarna hitam. Biasanya atasnya akan ditaburi dengan kacang tanah sangrai.
Sayangnya, selama kurang lebih dua tahun berjualan, tampaknya Andrew belum bisa mendapatkan penghasilan yang cukup. Kepada Shin Min Daily News pria ini pun mengungkap jika dirinya secara berat hati ingin menutup gerai rujaknya.
![]() |
Selama enam bulan ke belakang, pria ini merasa kesulitan karena inflasi yang terjadi. Hal tersebut tentu mengganggu penghasilannya. Andrew hanya menghasilkan keuntungan bersih sebesar S$400 atau sekitar Rp 4,5 juta selama dua bulan. Itu pun penghasilan yang telah dipotong dengan biaya sewa dan pengeluaran lain.
![]() |
Mirisnya lagi, penjual rujak di Singapura ini terkadang hanya bisa menghasilkan S$12 (Rp 136 ribu) per hari. Tetapi dalam hari baik, penjual ini bisa menghasilkan sekitar S$65 atau Rp 741 ribu.
"Terkadang saya hanya menghasilkan S$12 sehari. Dalam hari baik saya bisa mendapat sekitar S$65," ucapnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, biaya operasionalnya telah meningkat sekitar 20 persen. Namun Andrew tidak menaikkan harga kepada pelanggan yang sudah langganan.
Dengan penghasilan yang sedikit, pria ini ia khawatir dengan anak laki-lakinya yang baru berusia 9 tahun. Sebagai seorang ayah tunggal, dirinya tentu harus bisa menunjang biaya anaknya sehari-hari.
Meskipun memang mantan istrinya yang tinggal di Thailand suka memberi sekitar $1,000 (Rp 11 juta) per bulan, tetapi biaya ini tidak cukup untuk Andrew dan anaknya.
Pria tersebut sebenarnya masih mencari jalan lain untuk mendapatkan penghasilan dari jualannya itu. Ia sedang mempertimbangkan untuk pindah lokasi ke tempat yang lebih ramai dan strategis. Tetapi biaya sewa yang tinggi menjadi tantangannya.
"Ada gerai yang disewakan kedai kopi di Toa Payoh. Tapi biaya sewanya S$3,000 (Rp 34 juta) per bulan. Saya bahkan tidak berani memikirkannya," ucap Andrew.
Sementara masih mencari cara lain untuk mendapat penghasilan dari jualannya, Andrew pun memutuskan untuk bekerja paruh waktu sebagai penjaga keamanan di hotel meskipun hal tersebut dirasa sangat melelahkan.
Simak Video "Masak Masak: Mengolah Cumi Pedas Bumbu Rujak yang Empuk"
[Gambas:Video 20detik]
(aqr/odi)