Banting setir dari karyawan kantoran menjadi petani sayur, siapa sangka pria ini kini memiliki penghasilan yang jauh lebih besar dari gajinya dulu. Begini kisahnya.
Profesi petani sering dianggap kurang bergengsi jika dibandingkan dengan karyawan kantoran yang bekerja di gedung-gedung mewah. Tapi ternyata hal ini tidak sepenuhnya benar.
Misalnya kisah petani sayur bernama Noresam asal Kota Tinggi, Malaysia ini. Melansir RedChili21 (25/11), pria 44 tahun ini memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai teknisi di salah satu pabrik sekitar lima tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bermodalkan sebuah lahan tanah yang dimilikinya, ia mulai bercocok tanam. Tak disangka, kini penghasilannya per hari bisa menyentuh angka RM 1000 (Rp 3,5 juta). Nominal ini setara dengan gajinya selama satu bulan saat dia masih jadi karyawan.
Noresam menjelaskan bahwa dirinya menggunakan metode irigasi dan pemupukan untuk menanam cabai dan buah semangka. Tapi kini ia tengah fokus menanam mentimun karena bisa panen dalam waktu singkat.
"Saya menggunakan sekitar 4.200 kantong plastik untuk menanam timun, jadi saya bisa panen hingga 20 ton timun setiap musimnya. Untuk keuntungannya sendiri ditaksir mencapai RM 30.000 (Rp 105 juta) setiap kali panen," jelas Noresam.
Pekerjaannya sebagai teknisi di pabrik dalam status kontrak membuatnya memutuskan untuk mencari pekerjaan lain. Hal ini dilakukan setelah kontraknya berakhir.
"Saya cukup malas melamar pekerjaan di tempat lain, akhirnya sejak saat itu saya memutuskan jadi petani saja," sambungnya.
![]() |
Noresam tidak memiliki pengetahuan di bidang bercocok tanam dan bertani, namun ia belajar banyak dari petani lain. Ia juga rajin berkunjung ke perkebunan milik orang-orang untuk meminta saran.
Ayah dari tiga anak ini kemudian menggunakan tabungannya sebanyak RM 30.000 (Rp 105 juta) untuk investasi membuat irigasi dan pemupukan ini. Nilai investasi ini menurutnya sepadan dengan nilai keuntungan yang akan dia dapatkan.
Ia juga tidak menyesali keputusannya untuk banting setir jadi petani. Hal ini karena dia memiliki banyak waktu luang bersama keluarga dan anak-anaknya, ditambah lagi dengan pemasukan yang lumayan.
Noresam sadar jika hanya bergantung dengan gajinya sebagai karyawan, ia tidak akan mungkin bisa memiliki kehidupannya yang sekarang. Belum lagi waktunya tersita habis di tempat kerja dan selalu pulang larut.
Walau menjadi petani dan berkebun bukan hal mudah, tapi ia gigih dan terus semangat. Ia sendiri sering mengalami rugi karena rendahnya permintaan pasar hingga harus membuang 1 ton timun karena tak laku.
Menanggapi hal ini banyak netizen yang memuji kegigihan Noresam sebagai petani."Dia beruntung karena bercocok tanam itu sebenarnya ada faktor keberuntungan juga," komentar netizen.
"Sebenarnya memiliki usaha sendiri memang lebih menguntungkan dibandingkan kerja dengan orang lain. Kalau tidak pernah coba, kita tidak akan tahu," ujar netizen lainnya.
Baca Juga: Beli Lahan 55 Hektar, DJ Calvin Harris Serius Jadi Petani" selengkapnya
(sob/adr)