Ponorogo tak hanya punya sate ayam yang tebal irisannya tetapi juga kondang dengan sate kuda. Sate ini diburu karena bisa sembuhkan beberapa penyakit.
Sate kuda memang tak sepopuler sate ayam di Ponorogo. Padahal sate ini sudah puluhan tahun dikonsumsi. Terbukti warung sate kuda di Ponorogo sudah ada sejak 15 tahunlalu.
Pemiliknya, Putut Wibisono, warga Jalan Dieng Nomor 15, Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Ponorogo mengaku menyembelih sendiri kuda untuk bahan baku satenya. Dalam sebulan, ia menghabiskan 90 kilogram daging kuda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria 42 tahun tersebut mengatakan, untuk satu ekor kuda pacu bisa menghasilkan daging hingga 120 kilogram. Sedangkan kuda biasa hanya menghasilkan 80 hingga 90 kilogram daging.
"Hampir 95 persen, saya selalu beli kuda afkir atau kuda yang sudah tidak produktif," tutur Putut kepada detikjatim, Selasa (27/9/2022).
Menurut Putut, biasanya satu ekor daging kuda bisa habis terjual sebagai sate dalam waktu satu bulan. Selain daging, Putut juga menjual organ maupun tulang kuda.
"Setelah saya potong biasanya saya simpan di freezer besar, bisa tahan berbulan-bulan," terang Putut.
Putut menyebut, daging kuda yang disimpan di lemari pendingin terjamin aman dan tidak pernah bau. Dia juga tidak pernah membuang daging kuda. Setiap kuda yang dibeli, selalu habis untuk diolah jadi makanan. "Saya punya freezer besar, jadi aman tidak sampai membuang daging," papar Putut.
Menurutnya, penikmat sate kuda bukan berasal dari masyarakat umum. Namun, dari masyarakat yang punya keluhan kesehatan.
"Mayoritas pembeli sate kuda itu bukan mencari kenyang, tapi karena untuk obat, obat gatal bahkan penderita diabetes basah bisa cepat kering juga kalau makan sate kuda," imbuh Putut.
![]() |
Sebab, menurut Putut, dalam daging kuda terdapat zat antibiotik atau antitetanus sehingga bisa mempercepat proses penyembuhan.
"Ada juga yang nyari dideh (marus) atau darah kuda buat obat asma, sembuh juga ternyata, saya juga bingung. Orang ke sini kadang nyari tulang buat obat asma, sembuh. Mayoritas mesti buat obat katanya," tambah Putut.
Bahkan, Putut juga sering mendapatkan permintaan minyak dari lemak daging kuda untuk obat gatal. Biasanya saat mengolah daging, dia mendapat minyak.
"Minyak itu saya kumpulkan, biasanya ada yang ke sini minta minyak, saya kasih. Untuk obat gatal, sembuh. Kalau saya jual kan berapapun pasti laku, kalau ngasih kan sesuka saya ngasih berapa," pungkas Putut.
Penjual sate kuda ternyata mampu menjual hingga puluhan kilogram, baca selengkapnya DI SINI !
(odi/odi)