Makan di salah satu restoran mewah berbintang Michelin, food blogger ini kecewa berat. Menurutnya semua rasa makanannya anyir.
Dapat penghargaan tertinggi di industri restoran dengan bintang Michelin ernyata tidak menjamin kualitas makanan satu restoran. Hal ini yang diungkapkan seorang food blogger ternama berama Geraldine DeRuiter.
Dilansir dari Independent UK (13/12), penulis makanan ini menjelaskan pengalamannya bersantap di restoran berbintang Michelin yang paling buruk. Bahkan dalam ulasannya, ia meminta para pembaca dan orang-orang untuk tidak makan di restoran tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Restoran ini diketahui bernama Bro's. Salah satu restoran mewah di kota Lecce, Italia yang mendapatkan penghargaan bintang Michelin. Namum bagi Geraldine, rasa makanan di sana semuanya tidak enak bahkan terasa anyir, meskipun ia tidak memesan makanan ikan.
![]() |
Baca Juga: Duh! Kehilangan Bintang Michelin, 5 Restoran Ini Langsung Turun Peringkat" selengkapnya
"Saking buruknya saya tidak bisa memberikan rating yang cukup, karena tidak ada makanan yang layak yang disajikan," kritiknya pedas dalam ulasan yang ia tulis di sistus The Everywhereist.
"Beberapa makanan yang disajikan, bentuknya mirip seperti kertas silver yang bisa dimakan. Beberapa rasa minuman mirip seperti cuka. Semua makanan rasanya mirip seperti ikan, anyir. Meski menunya tidak menggunakan ikan. Lalu hampir semua makanan, termasuk mienya, disajikan dalam keadaan dingin," sambung DeRuiter.
Semua klaim dan ulasan buruknya ini dilengkapi dengan bukti foto-foto penampakan makanan, yang diambilnya saat di restoran Bro's.
Memang tampilan foto-foto makanan yang diambilnya tampak kurang menggugah selera. Porsinya juga sedikit.
![]() |
"Mungkin saja saat itu pegawai restorannya kehabisan makanan untuk disajikan. Bisa juga mereka salah mengira meja kami sebagai meja mantan kekasih mereka, atau bisa saja mereka semua tengah mabuk," canda DeRuiter.
Tak berhenti hingga di sana. DeRuiter juga mengkritik salah satu menu unik, yang disajikan dalam bentuk foam atau busa yang membuatnya jengkel setengah mati.
"Kami disajikan 12 jenis foam (busa), yang hanya bisa saya diskripsikan sebagai hidangan roti tiram yang ada di bandara Newark. Dan semua rasa es krim gurihnya itu sendoknya punya rasa minyak zaitun," komplainnya.
DeRuiter dengan lantang menyebutkan bahwa ini merupakan pengalaman terburuknya saat menyantap hidangan di restoran berbintang Michelin.
Ia menjelaskan bahwa tidak ada menu yang tersedia di restoran Bro's. Jadi ketika ia datang, para pegawai hanya memberinya kertas putih dengan QR code, yang berisi video terbaru sang chef berbicara banyak hal, tapi tidak satupun chef menjelaskan menu yang ada di sana.
![]() |
"Lucunya, chef ini selama di video membicarakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan makanan. Jadi tentu saja semua tamu dibuat bingung," kritiknya lagi.
"Selain bentuk makanan foam yang aneh. Tidak ada peralatan makan yang disajikan saat menu foam ini dihidangkan. Jadi kita seakan-akan dirusuh untuk menjilat foam yang mirip dengan bentuk bibir chef. Mirip seperti adegan di salah satu film horor dari Eropa," ungkap DeRuiter.
Di akhir ulasannya yang panjang dan sarkastik. DeRuiter mengingatkan semua orang untuk tidak makan di restoran ini.
"Bisa saya simpulkan ini adalah restoran yang paling tidak enak dan buang-buang uang, selama saya berkarir menjadi penulis makanan dan traveling. Hahahaha," pungkasnya.
Tak disangka ulasan buruk ini langsung viral di Twitter. Ada netizen yang terhibur dengan ulasan buruk dan kata-kata pedas DeRuiter, ada juga yang membela restoran Bro's.
"Kok berbeda dengan pengalaman saya saat makan di Bro's? Menurut saya restoran ini sangat original dan memiliki hidangan yang unik. Chefnya sangat bertalenta dalam menyajikan makanan dengan teknik molekuler," pungkas salah satu netizen.
Sampai sekarang ulasan buruk tentang restoran Bro's yang ditulis DeRuiter ini masih menjadi perbincangan hangat di internet, terutama bagi para penggemar hidangan mewah berbintang Michelin.
Baca Juga: Ini 10 Kota dengan Resto Berbintang Michelin Termurah dan Termahal" selengkapnya
(sob/odi)