Bisnis makanan sehat kini mulai marak ditemui di Indonesia. Salah satunya Burgreens yang menjadi salah satu brand ternama yang menawarkan makanan sehat berbasis nabati untuk masyarakat Indonesia.
Co-Founder dan CEO Burgreens, Helga Angelina mengungkap usaha yang dimulainya dari skala rumahan ini justru tidak dimaksudkan menjadi sebuah bisnis besar seperti sekarang. Helga merupakan seorang praktisi makanan sehat nabati sejak berusia 15 tahun.
Ia menceritakan karena kondisi autoimun yang tidak kunjung sembuh dengan hanya minum obat, ia pun mencoba mengganti pola makan ke vegetarian yang menurutnya lebih alami. Coba-coba ini dilakukannya setelah membaca buku tentang self healing melalui nutrisi saat masih berada di bangku SMP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berawal dari coba-coba itulah, Helga mengaku selama dua tahun berangsur-angsur dirinya dapat sembuh total berkat mengganti pola makan. Sejak saat itu, ia pun semakin tertarik dengan pola makan sehat berbasis nabati. Hingga akhirnya saat kuliah di Belanda, ia pun bertemu dengan partnernya sekarang yang juga menjadi Co-Founder dan Chief Innovation Officer Burgreens, Max Mandias.
Sejak saat itu, Helga mengaku merasa terpanggil untuk pulang ke Indonesia dan mempromosikan pola makan nabati.
"Tapi inginnya bukan dalam bentuk aktivisme atau hal-hal yang preaching, tapi pingin ngasih solusi yang ngebuat orang itu gampang untuk kenalan sama makanan nabati dan hopefully mereka cobain, suka, mereka bisa integrate itu jadi daily lifestyle. Jadi, sebenarnya awal mulai buka Burgreens bermodal idealisme, nekat, dan modal terbatas," ungkap Helga dalam konferensi pers Konferensi Maju Digital yang diadakan oleh Grup GoTo beberapa waktu lalu.
Ia pun mengungkap pertama kali toko Burgreens dibuka di area kantin kosan temen, tepatnya di bilangan Rempoa yang menurutnya kurang terjangkau.
"Cuma memang 8 tahun lalu market makan sehat ga sebanyak sekarang, masih dikit banget, niche, tapi kita melihat orang-orang yang nyari makanan sehat itu excited dengan opsi Burgreens yang bikin makanan Indonesia, nasi padang vegan," imbuhnya.
Halaman Selanjutnya: Manfaatkan Ekosistem GoTo
Memanfaatkan Ekosistem GoTo untuk Bangkit Bersama
Melihat penjualan di Burgreens, Helga mengatakan saat weekend restorannya bisa sangat full dengan pengunjung. Namun, dine in menjadi sepi saat weekday karena daerah tokonya yang jauh dari area kantor.
Untuk itu, ia pun memanfaatkan ekosistem Gojek untuk memaksimalkan penjualan Burgreens. Bahkan, Helga mengaku telah menjadi salah satu merchant pertama GoFood bahkan sebelum adanya merchant app.
"Kita terbantu banget karena selama weekday, basically, bisa surviving our early years itu gara-gara kita banyak volume delivery keluar daerah-daerah, Jakpus dan Jaksel. Dari situ kita dapat insight, ternyata customer yang banyak makan makanan sehat itu di Jaksel dan itu juga yang membuat kita untuk memberanikan diri membuka cabang di daerah Jaksel, di daerah yang dekat dengan alamat delivery kita waktu itu," tutur Helga.
Menurutnya, perjalanan mengembangkan bisnis Burgreens sangatlah seru. Ia pun bisa banyak belajar dan mengembangkan bisnis bersama ekosistem GoTo.
"Mulai dari Burgreens tiap buka cabang pasti ada di delivery platformnya GoFood dan actually tahun lalu pas pertama COVID hit, revenue kita turun sampai 80% karena 80% order kita tuh dine in. Kita pelan-pelan bisa recovery sales sampai tahun ini 75% dibandingkan pre-COVID," jelasnya.
Helga mengaku sangat terbantu dengan kehadiran GoFood, terutama di momen awal lockdown yang mengharuskan bisnisnya mengandalkan metode delivery saja. Ia pun memanfaatkan fitur promo di GoFood dan mendapatkan subsidi yang menurutnya sangat membantu merchant dalam mengembangkan usaha.
"Kalau dari segi GoFood sendiri, tentunya kita jadi bisa ikutan semua program-program promotionnya GoFood dan itu selalu sangat efektif sih. Kan aku tuh ada yang GoFood aja, ada yang GoKitchen, jadi aku buka cabang di Dapur Bersama GoFood. Mereka itu juga punya promo yang lebih heboh dan biasanya kalau ada promo-promo itu, sales kita peningkatannya drastis banget," ungkap Helga.
Halaman Selanjutnya: Punya 15 Cabang
Selain itu, Helga mengatakan sangat terbantu dengan metode reporting dari GoFood. Sebab, setiap 2 minggu sekali pihaknya bisa mendapatkan laporan secara otomatis dan semua data tersebut menjadi informasi penting untuk Burgreens melakukan analisa bisnis.
"Mulai dari makanan best selling, kita pastikan stoknya available, ada berapa jumlah order, ada berapa customer baru, ada berapa banyak yang customer yang loyal, terus mereka itu sukanya apa aja, satu orang basketnya berapa, hal-hal yang kaya gitu kita semua bisa tau dari report yang gampang banget dimengerti," terang Helga.
Kini Burgreens yang telah memiliki 15 outlets tersebar di di Jadetabek dan Bandung pun terus berinovasi. Salah satunya dengan membuat produk frozen food sehat dengan brand khusus bernama Green Rebel. Ia menjelaskan, produk-produk Green Rebel bisa didapatkan oleh pelanggan melalui Tokopedia.
"Jadi, ya terbantu banget untuk kita transformasi dari bisnisku yang super offline sekarang jadi mostly online ordernya dengan gabung di ekosistem ini," ucapnya.
Ia pun menjelaskan, selama pandemi pihaknya terus berinisiatif untuk menjaga higienitas dan menciptakan kenyamanan, baik untuk transaksi online dan offline di outlet dengan mengutamakan metode pembayaran GoPay.
"Jadi, di restoran kan begitu pandemi mulai kita kan langsung revisi SOP kan, gimana caranya membuat orang yang datang dine in atau take away untuk ngerasa aman dan nyaman dining di Burgreens. Yang kita lakukan adalah contactless dining experience di mana orang datang mereka bisa scan menu terus mereka pesan, mereka bisa langsung bayar dari QR-nya GoPay," jelas Helga.
"Jadi, kita sekarang actually udah cashless ya di outlet. Sebenernya enak juga dari segi operasional karena cashless jadi ga perlu nyiapin uang kembalian. Itu yang selama ini sebenarnya rese, kecil-kecil printilan, banyak yang hilang pas catet. Jadi anak-anak suka nombokin, sekarang begitu cashless jadi jauh lebih rapi pencatatannya," pungkasnya.
(akd/ega)