Mitos Pembawa Jodoh di Balik Manisnya Dawet Jabung khas Ponorogo

Mitos Pembawa Jodoh di Balik Manisnya Dawet Jabung khas Ponorogo

Sonia Basoni - detikFood
Senin, 15 Nov 2021 13:00 WIB
Es dawet gempol jabung
Foto: Charolin Pebrianti
Jakarta -

Desa Jabung di Ponorogo terkenal sebagai surganya Dawet Jabung. Minuman manis khas Ponorogo ini ternyata menyimpan mitos yang berkaitan dengan jodoh.

Lamongan punya mitos tentang pantangan makan ikan lele, dan wilayah Samosir dan sekitarnya yang pantang makan ikan mas raksasa dari Danau Toba. Mitos tentang makanan selanjutnya muncul di Desa Jabung yang ada di Ponorogo, Jawa Timur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Desa Jabung, sejak dulu terkenal sebagai pusat atau surganya penjual dawet Jabung. Kuliner khas yang satu ini berupa minuman manis terdiri dari cendol, ketan hitam dengan tambahan kuah santan dan gula kelapa (juruh), yang dipadukan dengan tambahan buah nangka.

Sekilas mungkin tidak ada yang aneh dengan Dawet Jabung, tapi dibalik rasa manis dan legitnya untuk melepas dahaga. Tersimpan mitos seputar Dawet Jabung yang disebut sebagai pembawa jodoh bagi para penjual dan pembeli Dawet Jabung di masa lampau.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta menarik seputar mitos Dawet Jabung dan hubungannya dengan enteng jodoh.

Dawet Manis khas Ponorogo

Dawet Jabung PonorogoDawet Jabung Ponorogo Foto: Charolin Pebrianti

Bagi penggemar dawet terutama makanan tradisional, nama Dawet Jabung mungkin terasa familiar. Minuman manis ini berasal dari Desa Jabung, menggunakan gempol yang membuat dawet ini berbeda dengan dawet lainnya yang juga populer di Pulau Jawa.

Gempol dibuat dari tepung beras, sekilas mirip seperti mochi hanya saja teksturnya lebih kasar di luar tapi tetap kenyal saat digigit. Tak ketinggalan Dawet Jabung dilengkapi dengan bulir dawet yang mirip cendol. Lalu disajikan dengan kuah manis perpaduan santn dan juruh atau gula kelapara.

Di beberapa pejual, Dawet Jabung dilengkapi dengan potongan atau irisan buah nangka. Lengkap dengan es batu yang membuat minuman ini selalu dicari di siang hari oleh banyak orang di Jabung.


Baca Juga: Tangkap Ikan Mas Raksasa di Danau Toba, Netizen Kaitkan dengan Mamak Samosir


Mitos Dawet Jabung

Es dawet gempol jabungEs dawet gempol jabung Foto: Charolin Pebrianti

Penyajian Dawet Jabung sebenarnya tak jauh berbeda dengan minuman lainnya. Dawet ditaruh di dalam mangkuk kecil, yang di bawahnya dialasi lepek. Lepek ini bisa dibilang piring kecil atau piring tatakan agar pembeli lebih mudah mentyantap dawet.

Namun jarang sekali orang-orang Ponorogo asli, terutama orang tua di sana yang mengambil dawet pesanan mereka dengan piring lepek-nya. Kebanyakan dari mereka langsung mengangkat mangkuk dawet dari tangan penjual, tanpa mengambil piring kecil di bawahnya.

Hal ini ternyata berkaitan dengan mitos atau kepercayaan penduduk setempat, yang mengkaitkan lepek di Dawet Jabung dengan hubungan pernikahan atau jodoh antar pembeli dan penjual dawet.

Mitos Harus Menikahi Penjual

Es dawet gempol jabungEs dawet gempol jabung Foto: Charolin Pebrianti


Di kalangan penjual Dawet Jabung, terutama yang sudah berjualan turun temurun. Ada mitos yang berkembang, bahwa pembeli yang mengambil lepek atau piring tatakan dengan dawet yang diberikan penjual. Maka pembeli tersebut wajib menikahi penjual dawet itu.

Mitos ini belum diketahui secara pasti asal usulnya. Namun masih dipegang teguh oleh warga di Desa Jabung, terutama para penjual dawet di sana yang kebanyakan wanita.

Untuk orang baru yang belum mengetahui mitos ini. Ketika pembeli akan mengambil dawet pesanan mereka, dengan lepeknya biasanya penjual akan melarangnya kemudian menjelaskan tentang mitos seputar Dawet Jabung.

Masih Menjadi Tradisi

Dikutip dari detknews (12/11) sekarang kebanyakan penjual Dawet Jabung di Desa Jabung, sudah tidak terlalu mengacu lagi pada mitos yang mewajibkan para pembeli yang mengambil lepek, wajib menikahi penjualnya.

Namun hampir semua penjual Dawet Jabung di sana masih memegang erat dengan tradisi dan kepercayaan ini. Terlihat dari banyaknya penjual yang tidak memberikan lepek ke pembeli, saat menyajikan Dawet Jabung di sana.

Di luar dari mitos dan kaitannya dengan enteng jodoh, atau paksaan menikah hanya karena membeli dawet saja. Tapi manisnya Dawet Jabung ini memang tidak pernah mengecewakan pembeli.

Selain Dawet Jabung, banyak penjual dawet yang menyajikan minuman segar ini dengan aneka gorengan dan jajanan pasar. Seperti bakwan goreng, tahu goreng, lentho, emplang, hingga kacang tanah. Kisaran harganya juga tak lebih dari Rp. 5.000 per porsinya.

Mencicipi Dawet Jabung ini bisa menjadi referensi kulineran unik bagi kamu yang sedang melintas di daerah Ponorogo.

Baca Juga: Di Kotanya Pecel Lele, Orang Lamongan Asli Malah Pantang Makan Lele

Halaman 2 dari 3
(sob/odi)

Hide Ads