Krisis ekonomi parah yang dialami Lebanon berdampak pada pola makan warganya. Mau tak mau mereka menjadi vegan karena harga makanan hewani yang mahal.
Lebanon kini tengah mengalami krisis ekonomi hebat, sampai-sampai warganya bilang bagai hidup di 'neraka'. Hal ini lantaran hiperinflasi dan kelangkaan berbagai kebutuhan pokok yang semakin parah.
Sekitar 6 juta warga Lebanon harus berjuang mendapatkan berbagai bahan pokok untuk kehidupan sehari-hari. Mulai dari makanan, obat-obatan, hingga bahan bakar. Lebanon diketahui sangat bergantung pada impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait makanan, krisis ekonomi ini juga memberi dampak yang tidak main-main. Middle East Eye mengutip Reuters (8/7) mengabarkan harga daging yang mahal di Lebanon membuat warganya mau tak mau jadi vegan.
![]() |
Mereka menjalani pola makan berbasis nabati ini karena 'tuntutan' kondisi. Banyak warga Lebanon sekarang tak mampu membeli daging sapi atau daging ayam, apalagi sejak Oktober 2019, mata uang Lebanon telah kehilangan 90% nilainya.
Reuters memberikan keterangan "Saat harga daging melonjak di Lebanon, veganisme mengisi kekosongan bagi sebagian orang." Berita ini pun langsung menuai banyak komentar.
"Pola makan ini sebenarnya disebut kelaparan," kata seorang pembaca mengenai artikel tersebut. "Headline berita ini membuat saya tercengang. Ini bukan VEGAN ketika orang-orang TIDAK BISA MEMBELI daging atau produk olahan susu lainnya," timpal @PoliticsNMargs di Twitter.
Banyak juga netizen yang menyayangkan berita warga Lebanon menjadi vegan. Mereka merasa inti permasalahannya ada para krisis ekonomi yang parah, bukan karena kemauan warga Lebanon sendiri untuk menjadi vegan.
"Ini bukan vegan ataupun alternatif pola makan sehat jika 30% anak-anak di Lebanon tidur dalam keadaan lapar," sahut seorang netizen.
Camille Madi, direktur Basecamp yaitu asosiasi yang mendistribusikan bantuan makanan, mengatakan ada banyak masalah yang tengah dihadapi Lebanon. "Bahkan tentara di sana tidak bisa membeli daging dan ayam untuk makanan mereka," katanya.
![]() |
Basecamp pun coba menyumbangkan makanan sehari-hari dengan sumber protein, namun pihaknya tidak memungkiri seiring donasi yang berkurang dan harga makanan yang meroket, pihaknya butuh bantuan lebih.
Saat ini Basecamp mengirimi bantuan makanan satu sampai tiga kali dalam sebulan untuk mereka yang membutuhkan di Lebanon. Makanan dikirim dalam bentuk boks, bukan makanan hangat dan tanpa daging ataupun ayam.
Basecamp bekerja sama dengan Lebanese Vegans Social Hub yang memang mempromosikan veganisme. Melalui paket makanan yang didonasikan, Social Hub coba meningkatkan kesadaran warga Lebanon akan manfaat jadi vegan di tengah kondisi ekonomi Lebanon saat ini.
"Mengirimkan makanan vegan itu sehat dan dalam situasi ekonomi ini sangat cocok, karena seseorang dapat menggantikan protein yang mereka dapatkan dari daging, kalsium yang mereka dapatkan dari keju, dan setiap produk hewani dapat digantikan oleh makanan vegan. Makanan ini jelas lebih murah dalam situasi ekonomi saat ini," kata aktivis Roland Azar.
(adr/odi)