Vietnam kaya akan makanan eksotik yang menantang dan berbahaya. Karena itu jadi destinasi kuliner ekstrem favorit bagi para turis yang penasaran.
Seperti negara di Asia Tenggara lainnya, Vietnam dikenal dengan makanan eksotik yang dianggap ekstrem bagi banyak orang. Tak hanya menyantap serangga hingga kalajengking goreng.
Orang-orang di Vietnam juga terbiasanya menyantap kadal sampai cicak bakar. Tapi itu semua tidak ada apa-apanya dengan makanan-makanan yang dianggap berbahaya ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena selain ekstrem, makanan-makanan ini juga mengandung racun hingga kandungan berbahaya yang bisa berakibat fatal jika salah dikonsumsi.
Mulai dari puding tradisional yang dibuat dari darah segar hewan, sampai salad dari ikan hidup yang masih mentah.
Dilansir dari berbagai sumber berikut lima makanan paling berbahaya dan menantang di Vietnam (24/05).
Baca Juga: 5 Mukbang Ekstrem YouTuber Indonesia, Makan Kelelawar hingga Tikus!
1. Tiet Canh
![]() |
Penggunaan darah hewan pada masakan sudah diterapkan lebih dulu oleh negara-negara di Eropa. Seperti di Inggris contohnya, yang menggunakan darah babi untuk membuat sosis. Tapi masih melalui proses masak.
Kalau di Vietnam ada hidangan serupa namanya Tiet Canh. Dikenal juga sebagai puding darah hewan segar. Campuran sayuran dan beberapa bumbu, diaduk menjadi satu kemudian direndam dengan darah kental dari bebek atau babi.
Hidangan ini disebut berbahaya karena darah hewan tidak dimasak sama sekali. Dibiarkan mengental, sampai teksturnya menyerupai jelly. Tentunya ada banyak virus dan bakteri yang sanga beresiko tinggi untuk kesehatan, jika dikonsumsi oleh manusia.
2. Akar Bambu
![]() |
Jika di Indonesia, akar bambu umum digunakan untuk lahan pertanian. Kalau di Vietnam, akar bambu justru jadi santapan sehari-hari yang dimakan semua orang. Mirip seperti orang Indonesia makan lalapan.
Akar bambu ini cukup berbahaya mengandung 230 mg sianida dalam setiap 1 kilogramnya. Agar racunnya tidak berbahaya, perlu trik khusus untuk memasaknya seperti direbus selama beberapa kali, agar kandungan sianidanya menghilang.
Jika salah sedikit mengolahnya tentu saja racun sianida dalam akar bambu, bisa membunuh dua anak kecil sekaligus dalam waktu singkat.
![]() |
Di Asia Tenggara, jenis kepiting Horseshoe atau tapal kuda jadi makanan yang enak. Di Jawa, kepiting ini lebih eksis dengan nama belangkas. Namun dibalik cita rasanya yang cukup enak, terdapat racun mematikan.
Biasanya kepiting tapal kuda ditemukan di rawa-rawa hingga di hutan bakau. Di mana plankton dari hutan bakau yang beracun, dimakan oleh kepiting tersebut.
Hasilnya banyak orang yang keracunan dan meninggal dunia karena menyantap kepiting ini. Di Vietnam sendiri, hidangan ini terkenal dengan nama Con So.
4. Ikan Asam Busuk
![]() |
Lewat kanal YouTube kuliner 'Best Ever Food Review Show', mereka membahas tentang kuliner ekstrem, langka sekaligus berbahaya di pedalaman Vietnam. Di sana mereka mencicipi ikan yang sudah membusuk.
Hidangan satu ini terbuat dari potongan ikan besar kemudian dibumbui dengan tepung beras. Tak ketinggalan garam, serai dan cabe. Kemudian dibiarkan selama 3-7 hari.
Aroma busuk dan amis dari ikan ini justru membuatnya disukai banyak orang. Tapi tentunya hidangan ini cukup ekstrem karena tidak dimasak sama sekali, dan dibiarkan di suhu ruangan.
![]() |
Berbeda jauh dengan gambaran salad ikan khas Western. Hidangan langka di Vietnam ini dibuat dari ikan-ikan sungai yang masih kecil, dan dimakan hidup-hidup.
Sebelum ikan hidup beserta isi perutnya dimakan. Ikan lebih dulu dicelupkan ke potongan sayur, serta tambahan kuah asam yang terbuat dari acar rebung yang kecut.
Setelah itu ikan yang masih hidup dan melompat-lompat, dimakan langsung menggunakan sumpit. Makanan ini cukup ekstrem, karena orang-orang harus memakan semua bagian ikan dalam satu gigitan. Apalagi ikan tersebut masih hidup dan bergerak di dalam mulut.
Baca Juga: Kotoran Tikus dan Daging Anjing Jadi Makanan Favorit di Nigeria
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(sob/odi)