Beberapa negara sudah melegalkan ganja sebagai barang konsumsi. Kabarnya, tumbuhan yang masuk dalam golongan narkotika ini bisa meningkatkan stamina dan meredakan stres.
CBD atau cannabidiol merupakan senyawa aktif ganja yang diklaim mampu membuat rileks dan memberi manfaat kesehatan. Meskipun berasal dari tanaman ganja, tapi CBD tidak membuat mabuk layaknya mengonsumsi ganja.
Dilansir dari South China Morning Post (20/2) CBD menjadi bahan yang cepat populer dalam waktu singkat. Kini bahkan CBD dijadikan campuran untuk makanan, minuman, suplemen hingga produk kecantikan di Hong Kong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pemerintah Hong Kong melegalkan penggunaan CBD sehingga tak sulit menemukan produk makanan maupun minuman yang mengandung ekstrak ganja ini. Sebut saja produk seperti permen, kopi, roti gulung, minuman manis hingga camilan dibuat dengan tambahan CBD.
Belakangan ini CBD semakin populer karena diandalkan sebagai media untuk mempercepat proses penyembuhan di masa pandemi covid-19. Fiachra Mullen, salah aatu warga Hong Kong menceritakan pengalamannya saat melewati masa karantina sambil mengonsumsi makanan yang mengandung CBD.
"Saya sangat menikmatinya, saya meminumnya di malam hari selama karantina untuk membantu menenangkan pikiran, mempersiapkan diri untuk keluar dan bekerja kembali, dan mencoba menciptakan pola pikir yang berbeda untuk diri saya sendiri," kata Mullen yang telah menjalani masa karantina selama 21 hari.
Mullen percaya jika CBD memiliki beberapa efek menguntungkan bagi kesehatan mental dan fisik. Jika mental dan fisik sehat maka tubuh juga akan jauh merasa lebih bugar. Karena terkadang yang menyebabkan penyakit adalah stres dan gangguan mental.
CBD dianggap legal asalkan tidak mengandung THC tetrahydrocannabinol, yakni zat aktif yang juga terkandung dalam ganja. Lain halnya dengan CBD, THC adalah ekstrak ganja yang menjadi sumber efek mabuk.
Tahun lalu, beberapa kafe dan resto di Hong Kong sengaja menyajikan aneka makanan yang mengandung CBD. Ekstrak ini ditambahkan dalam kue, brownies, kopi, koktail bahkan bir. Respon atas produk ini ternyata sangat membludak, banyak orang penasaran dan ingin mencoba makanan dengan tambahan CBD.
Kendati demikian, masih banyak warga yang belum percaya dengan khasiat dari CBD. Padahal jika dilihat dari sejarahnya, ganja sudah digunakan selama ribuan tahun oleh masyarakat China sebagai obat herbal. Demikian pula di India dan Thailand.
Tanaman ganja dalam dosis tertentu kemudian dilarang di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, dan larangan total diberlakukan pada tahun 1970. Sekarang, Amerika justru melegalkan ganja untuk menghilangkan rasa sakit.
Ganja memiliki banyak senyawa yang disebut cannabinoid, yang utama adalah THC dan CBD. THC memiliki efek psikoaktif atau memabukkan yang membuat pengguna merasa "mabuk", dan ilegal di Hong Kong. Sementara CBD diperbolehkan untuk digunakan di dalam kota - selama tidak mengandung THC.
![]() Foto: Associated Press |
"CBD tidak memabukkan, meskipun bersifat psikoaktif, seperti halnya gula dan kafein," jelas Mullen.
Tubuh manusia secara alami memiliki sistem kanabinoid endogen, yang berarti secara alami menghasilkan cannabinoid dan memiliki reseptor untuk endocannabinoid. Hal ini membantu mengatur suasana hati, nafsu makan, stres, dan kualitas tidur seseorang.
Jangan heran jika di Hong Kong banyak produk yang mengandung CDB. Tetapi harap berhati-hati saat ingin menjadikannya sebagai oleh-oleh. Bisa jadi akan ditahan pihak berwajib karena membawa makanan dengan kandungan ganja.
(dvs/odi)